Mohon tunggu...
Oparton J Tarihoran
Oparton J Tarihoran Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang penikmat tape, yang tidak menyukai politik tapi menyukai berita politik

Seorang penikmat tape, yang tidak menyukai politik tapi menyukai berita politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengungsi di Indonesia Tak Selamanya Menyedihkan

27 Agustus 2021   18:30 Diperbarui: 27 Agustus 2021   18:44 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin pernah menonton atau membaca berita tentang keadaan pengungsi di Indonesia. Pengungsi hidup di dalam tenda diatas trotoar Jakarta. Tidak hanya pengungsi dewasa, sebagian masih anak-anak. Hidup jauh dari kata layak dan sangat memprihatinkan.

Pengungsi tersebut datang ke Indonesia sebab di negara asalnya tidak mendapatkan perlindungan. Dan terancam hidupnya. Sehingga mencari perlindungan ke negara lain salah satunya ke Indonesia.

Di Indonesia, mereka terbebas dari berbagai ancaman yang selama ini menghantui mereka. Tetapi mereka sering dihadapkan pada masalah baru. Yaitu harus hidup di tenda-tenda pinggir jalan, tanpa bahan makanan yang cukup. Kondisi ini tentunya akan menggugah rasa iba dan simpati kita sebagai sesama.

Pengungsi yang hidup di tenda-tenda tersebut adalah mereka yang masuk Indonesia setelah Maret 2018. Mereka memang tidak mendapatkan bantuan kebutuhan rutin dari International Organization of Migration (IOM), seperti yang didapatkan pengungsi yang masuk Indonesia sebelum Maret 2018. Hal ini sebagai imbas kebijakan IOM yang membatasi bantuan kebutuhan pengungsi. Sehingga mereka hanya bergantung pada bantuan masyarakat yang sifatnya tidak rutin.

Kondisinya akan sangat berbeda jika berkunjung ke tempat akomodasi pengungsi Hotel Kolekta yang terdapat di Kota Batam. Akomodasi tersebut menampung pengungsi berstatus keluarga. Akomodasi tersebut sebagai tempat penampungan sekitar 287 Pengungsi dan terdiri dari 69 kepala keluarga.

Menurut saya kebutuhan hidup pengungsi disana lebih dari sekedar cukup. Mari kita sedikit berhitung. Seorang kepala keluarga mendaptkan bantuan sebesar 1,25 juta/bulan. Isteri juga mendapatkan 1,25 juta/bulan. Setiap pengungsi anak mendaptkan bantuan 500 ribu/bulan. Sehingga jika kita hitung 1 keluarga dengan 2 anak akan mendaptkan bantuan sebesar 3,5 juta/bulan. Dan jika memiliki anak lebih dari 2 orang, bantuan untuk anak akan tetap dihitung per anak. Jadi semakin banyak anak dalam keluarga, akan semakin besar jumlah bantuan yang didapatkan.

Apabila kepala keluarga single parent, penentuan bantuan disesuaikan. kepala keluarga mendaptkan bantuan sebesar 1,25 juta/bulan. Anak pertama mendapatkan 1,25 juta/bulan. Untuk anak kedua dan seterusnya mendapatkan bantuan 500 ribu/bulan.

Bantuan kebutuhan tersebut hanya untuk biaya makan dan membeli keperluan bulanan. Pengungsi tidak lagi membayar sewa kamar di akomodasi, biaya listrik dan biaya air. Mereka juga juga mendapatkan perawatan medis. Dan juga bantuan pendidikan baik formal atau pun non formal seperti pelatihan vocational yang didapat tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan lagi.

Bandingkan dengan jumlah UMR kota Batam tahun 2021 yang sebesar Rp 4.150.930. Seorang pekerja di kota Batam akan mendaptkan upah sesuai besaram UMR tersebut. Upah 4.150.930 akan dipergunakan untuk menutupi semua kebutuhan. Mulai dari biaya rumah, harga sewa rumah sederhana 2 kamar di kota Batam, rata-rata antara 800rb – 1 juta rupiah. Biaya listrik untuk rumah sederhana rata-rata 300 ribu/ bulan dan biaya air sekitar 50 ribu. Sehingga seorang pekerja hanya akan menyisakan upah kurang dari 3 juta untuk biaya makan sehari-hari dan keperluan bulanan serta biaya pendidikan anak.

Sehingga jika kita bandingkan masih lebih besar jumlah bantuan yang didapatkan satu keluarga pengungsi di Hotel Kolekta dibandingkan dengan seorang pekerja di Kota Batam yang mendapatkan upah bulanan sebesar UMR.

Jadi tidak mengherankan saat berkunjung ke akomodasi pengungsi Hotel Kolekta, kita menemukan pengungsi yang menggunakan jasa gocar ataupun menyewa mobil untuk bepergian. Atau mungkin saat kita bertemu pengungsi yang menikmati tayangan film terbaru di 21. Atau juga saat kita bertemu dengan pengungsi dilokasi wisata di seputaran kota Batam. Karena memang secara keuangan mereka mendapatkan bantuan dengan jumlah yang lebih dari cukup.

Mungkin sebagian masyarakat kota Batam akan sedikit merasa ” iri” saat mengetahui besaran bantuan yang didapat pengungsi di Hotel Kolekta. Sama seperti penulis ketika pertama kali mengetahui informasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun