Harus diakui bahwa setiap budaya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung bagaimana manusia memaknainya dalam realitas sosial. Pendidikan sebagai akar majunya sebuah bangsa, hendaknya konsen akan kearifan-kearifan lokal dalam masing-masing budaya yang dimiliki oleh Indonesia yang mana merupakan asset dan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya.
Pemerintah juga diharapkan agar mampu menghidupkan dan memperkuat pentingnya pendidikan kewarganegaraan dan muatan local dalam kurikulum pendidikan kita, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan anak bangsa akan kekayaan budaya yang mereka miliki. Sebagai contoh, perlunya diadakan pertukaran tenaga pengajar yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal kebudayaan. Seperti tenaga pengajar dari Makassar ditukar ke Yogyakarta dan sebaliknya dalam beberapa waktu tertentu. Tenaga pengajar dari Makassar barangkali bisa mengajarkan kepada pelajar-pelajar di Yogyakarta akan nilai siri’ (malu) dalam memberantas korupsi, begitupun dengan tenaga pengajar dari Yogyakarta dapat mengajarkan kepada pelajar-pelajar di Makassar tentang bagaimana menghadapi bencana alam dari sudut pandang kearifan local yang mereka miliki. Hal ini juga dapat diimplementasikan oleh propinsi lainnya di Indonesia. Dalam hal ini sharing pengalaman sangat ditekankan dalam rangka menjawab tantangan–tantangan global.
Mulai saat ini, sebagai anak bangsa kita harus memiliki kepekaan akan asset kekayaan local kita yang tersebar dalam kearifan dan filosofi hidup yang tak terhitung berapa banyak jumlahnya. Indonesia memiliki potensi menjadi kota dunia apabila kita bisa memelihara semua aset-aset ini yang sesungguhnya memiliki nilai jual yang sangat luar biasa. Bukankah banyak warga Australia, Amerika dan Eropa sering berkunjung ke Indonesia dalam rangka mempelajari budaya kita karena mereka sendiri miskin akan budaya???Karena itu, banggalah menjadi orang Indonesia. Tidak perlu merasa minder dan inferior dengan bangsa lain. Merasa minder dan inferior adalah ciri-ciri bangsa yang tidak percaya diri.