Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beragama di Dunia Modern dan Moderasi Beragama

8 Juli 2022   11:57 Diperbarui: 8 Juli 2022   16:24 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kanal Indonesia Hari Ini

Bogor, Jawa Barat | Sederhannya, Moderasi Beragama merupakan sikap tidak berlebih-lebihan. Kementerian Agama memaknai moderasi sebagai penghidaran kekerasan atau penghindaran keekstreman; dan sikap selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, dan kecenderungan ke arah jalan tengah.

Namun, tak mudah dipahami. Karena kesalahpahaman memahami makna moderat dalam beragama ini berimplikasi pada munculnya sikap antipati masyarakat yang cenderung enggan disebut sebagai seorang moderat, atau lebih jauh malah menyalahkan sikap moderat.

Mari, Lanjutkan! Dua tahun terakhir, Kementerian Agama dan sejumlah tokoh agama menggaungkan Moderasi Beragama, selanjutnya MB; namun gaung tersebut masih sekedar 'suara, irama, nada indah' yang terpancar ke mana-mana.

Jujur, belum ada bentuk-bentuk MB yang konkrit, praktis, dan merakyat hingga area hidup dan kehidupan rakyat. Padahal, MB bisa menghantar tafsir, aplikasi cerdas, serta kontekstualisasi teks-teks keagamaan ke/dalam era kekinian. Itu harus terjadi karena ritus-ritus, penyembahan, dan agama-agama muncul sejak 3500 BC hingga Abad VII M; serta beberapa sekte agama tercipta pada abad XX.

Pada konteks agama-agama tersebut muncul (pada masa lalu), bisa disebut fornula, prosesi, orasi, narasi, teks-teks sesuai dan selaras dengan keadaan serta suasana sosial-budaya-spritualitas manusia masa itu.

Namun, hidup dan kehidupan manusia selalu 'bermobilitas' serta terus menerus berubah; daya jangkaunya pun melewati batas-batas geografis dan lingkungan mereka dilahirkan. Perubahan tersebut tidak melulu pada cara hidup. Melainkan wawasan berpikir, ilmu pengetahuan, serta menciptakan hal-hal baru untuk menunjang serta memudahkan hidup dan kehidupannya. Itulah modernisasi hidup dan kehidupan.

Pada konteks modern dan kekinian hidup serta kehidupan itulah manusi atau banyak orang tidak membuang agama (karena produk masa lalu serta kuno); tak sedikit orang yang masih beragama.

Tapi, pada sikon itu, sering disebut "Beragama di/dalam Era Modern," apakah tetap menjalankan (melakukan) orasi dan narasi (teks-teks agama dan) keagamaan seperti atau sama persis ketika agama diciptakan pada masa lalu? Tanpa upaya kontekstualisasi untuk masa kekinian sesuai konteks waktu, tempat, perkembangan sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

Beragama di/dalam Era Modern itulah yang membutuhkan MB; atau Moderasi Beragama sangat, sangat, dan sangat diperlukan pada setiap umat beragama karena mereka hidup dalm Dunia Modern.

Lalu, apa bentuk-bentuk praktis MB pada era kekinian? Ini adalah pemikiran dan upaya bersama semua umat serta tokoh agama; semuanya, bukan segelintir elite keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun