Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lepas Masker, Masih Ada OTG, Tetap Taat Prokes

19 Mei 2022   19:42 Diperbarui: 19 Mei 2022   20:09 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hidup Berdampingan dengan OTG

Ada orang-orang yang mengidap atau terserang Covid-19, namun tanpa tanda-tanda fisik; mereka sering disebut Orang Tanpa Gejala terserang atau menderita Covid-19 atau OTG. Jadi, OTG bisa ada di mana-mana atau pada semua tempat, setiap waktu dan keadaan; mereka bisa di/dalam komunitas, serumah, seranjang dan lain sebagainya.  

Dengan demikian, secara sadar atau tidak, yang terjadi adalah kita, anda dan saya, hidup bersama atau berdampingan dengan OTG. Berbahaya atau tidak? Itu yang jadi masalah serius. Sebab, tidak menutup kemungkinan OTG, yang ada di antara dirimu dan diriku, menjadi 'penyebar Covid-19 yang terbaik, teraman, tercepat' untuk orang lain.

Oleh sebab itu, dalam kerangka kebersamaan hidup dan kehidupan, maka (i) perlu adanya cara mendeteksi dengan cepat untuk mengetahui seseorang OTG atau tidak, dan (ii) mengetahui cara-cara melindungi diri dari OTG. Lalu, siapa yang bisa memberikan atau menjelaskan tentang semuanya itu?

Mungkin, itu yang disebut 'Berdamai dengan Covid-19' atau tahu dan memahami persis detail tentang Covid-19, maka (akan) mudah memberantas atau mengatasinya. Sekaligus tidak takut bersama OTG atau berdampingan dengan mereka, tapi tidak menjadi koban Covid-19.

Opa Jappy, Kompasiana 18 Mei 2020

storylog.co diolah pribadi
storylog.co diolah pribadi


Pondok China, Depok Jawa Barat | "Saatnya Lepas Masker di Area Terbuka!" Kira-kira seperti itulah eforia terkini di Nusantara. Banyak orang telah lakukan hal tersebut seiring dengan berangsurnya Covid-19 (dan turunannya) menghilang serta bukan lagi menjadi "hantu yang menakutkan."

Tapi, haruskah eforia tersebut kemudian menjadi "pelupaan terhadap prokes?" Jika seperti itu, maka, menurut saya, (akan) terjadi "bencana yang terulang."

Ya, bencana yang terulang karena benih-benih Covid-19 yang "mati suri," ketika mendapat "lahan" berupa tubuh manusia yang daya tahan lemah atau kurang sehat, maka dengan mudah menyerang serta menghancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun