Karena, perang (i) juga merupakan upaya penyelesaian konflik yang paling primitif dan brutal, (ii) tidak ada sisi baik dari perang, (iii) perang merugikan siapa pun; yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang, (iv) menghadirkan duka, air mata, mayat, dan luka-luka bathin.
Itulah yang terjadi di segenap penjuru Bumi, termasuk yang sementara berlangsung, dengan tidak imbang, di Ukraina. Di sana, sementara terjadi kehancuran, kematian, kesedihan, dan air mata; kematian sebelum waktunya begitu dekat, bisa terjadi pada semua, siapa pun dia.
Oleh sebab itu, hanya ada satu pilihan yaitu pembelaan diri, menembak para penyerang atau tewas tertembak musuh. Itu protap baku di mana pun.
Namun tidak cukup dengan protap seperti itu. Sebab, senjata dan peluru bisa cepat habis, tentara dan para pejuang bisa tewas tak tersisa. Lalu, apa apa yang tersisa agar Tanah Air dan Harkat Bangsa serta Negara tetap terjaga, eksis, dan terhormat?
Ya. Hanya tersisa nasionalisme dan pengabdian tanpa batas hingga titik darah terakhir untuk Bangsa serta Negara. Itulah yang sementara terpancar dari Ukrainia ke seluruh Dunia.
Nasionalisme seperti itulah, juga, pernah ada di Indonesia (dan banyak Negara lainnya). Indonesia, sejak 1908, 1928, telah memperlihatkan proses menuju Berbangsa dan Benegara secara utuh; dan berpuncak pada Agustus 1945, Kemerdekaan RI.
Setelah itu, dalam durasi 1945-1965, tak sedikit perang dan pemberontakan dalam rangka menghancurkan eksistensi Berbangsa dan Bernegara; NKRI digoyang dari berbagai penjuru, namun tak goyah dan  runtuh berkeping.
Ya. NKRI tak runtuh, tetap kokoh, tegak, dan tak tersobek karena adanya semangat Nasionalisme (Rakyat) Indonesia, yang menyatu serta bersatu. Menyatu dalam kesatuan tanpa dibatasi sekat-sekat etnisitas, golongan, agama, dan lain sebagainya.
Pada era kekinian, fakta yang tak terbantahkan, ada tanda-tanda dan gejala, dari Dalam dan Luar Negeri untuk meruntuhkan kebesaran NKRI. Tapi, ternyata proses tersebut layu sebelum berkembang; hancur sebelum membesar.
Â
Pameran Nssionalisme dan Patriotisme tetap dipentaskan di Negeri Tercinta. Itu hanya bisa terjadi karena keeratan, kesatuan, persatuan dalam bingkai NKRI tak pernah retak dan pecah. Dan, Rakyat RI serempak membela NKRI dari siapa pun yang mencoba membelah Tanah Air Tercinta.
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini