Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

10 Provinsi Gemar Membaca, DIY Tertinggi, Jakarta Terendah

8 Maret 2022   16:35 Diperbarui: 8 Maret 2022   16:45 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Baca-Membaca adalah mendiskripsikan segala sesuatu yang terlihat menjadi kata dan kalimat ke dalam pikiran; kemudian menyimpan di lemari ilmu, pengetahuan, dan wawasan.

Ya. Karena, baca dan membaca bukan hanya terjadi ketika berhadapan dengan huruf, kata, dan kalimat. Namun, bisa terjadi pada segala serta semua peristiwa atau pun aktivitas hidup dan kehidupan.

Opa Jappy

DOKPRI
DOKPRI

Depok, Jawa Barat  | Berita Baik, News Menyenangkan dan Menggembirakan di Laman Kompas tentang "Senang Membaca di Sejumlah Provinsi." Paling tidak, hal itu mengembirakan semua hati para Pegiat (meningkatkan) Literasi Publik.

Walaupun belum bisa menaikan tingkat literasi Indonesia dari 10 negara terendah; ada sejumlah Provinsi (di Indonesia) yang memiliki skor tinggi (maaf, detail untuk semua provinsi tidak salin-tempel ke sini; takut artikel ini dihapus redaksi. Bha bha bha bha).

10 Provinsi dengan skor tertinggi gemar membaca tersebut adalah

  1. Daerah Istimewa Yogyakarta, Skor (S): 70,55 Durasi (D) membaca lebih dari 6 jam per minggu; Jumlah (J) bacaan: 5-6 per tiga bulan
  2. Jawa Tengah, S 68,30, D 5-6, 4-5
  3. Jawa Barat, S 65,34, D 5-6, J 4-5
  4. Kalimantan Timur, S 64,85, D 5-6, J 4-5
  5. Jawa Timur, S 64,20, D 5-6, J 4-5
  6. Aceh, S 64,13, D 5-6, J 4-5
  7. Sulawesi Selatan, S 63,10, D 5, J 4-5
  8. NTT, S 63,00, D 5, J 4-5
  9. Lampung, S 62,44, D 5, J 4-5
  10. DKI Jakarta, S 62,25, D 4-5, J 4-5

Secara nasional, SDJ provinsi-provinsi tersebut di atas skala Nasional Indonesia yang S 59,52, D 4-5, J 4-5

Dari 10 besar tersebut, ada hal-hal yang menarik, hal tersebut antara lain

DKI Jakarta kalah jauh dari DI Jogja, padahal kedua wilayah ini termasuk memiliki Perguriuan Tinggi terbanyak di Indonesia. Dengan asumsi bahwa mahasiwa dan dosen, tiap hari selalu baca, membuat SDJ mencapai angka tinggi.

Namun, bagaimana dengan komunitas warga di Kampung-kampung dan Gang Sempit di dalam Kota? Bisa jadi, mereka sama sekali tak punya buku bacaan, serta buta berbahasa Indonesia.

Misalnya, jika jalan-jalan ke Pedalaman Flores, Timor, Papua maka semua orang bisa berbahasa Indonesia, (sementara Papua adalah provinsi terendah SDJ). Beda jika berjalan-jalak di Jawa dan Madura, mudah bertemu dengan mereka yang tak bisa berbahasa Indonesia.

Semua provinsi di Jawa masuk rangking gemar membaca kecuali Jatim dan Banten. Aceh dan Lampung, paling utara dan selatan Sumatera, termasuk gemar membaca.

Indonesia Timur hanya Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur yang SDJ tinggi; provinsi lainnya, prihatin.

Sayangnya, walau sudah tanya sana-sini, saya tak dapat informasi yang pas dan pasti jenis bacaan atau buku yang dibaca oleh penduduk 10 provinsi di atas.

Namun, untuk Aceh dan NTT (dua daerah yang pernah dan sering saya kunjungi), salah satu bacaan wajib mereka adalah Kitab Suci; mengingat tingkat religiusitas kedua provonsi itu sangat tinggi (Aceh, Islam dan NTT, Katolik serta Protestan).

Korelasi dengan Sebaran Hoaks

Salah satu akibat malas baca adalah percaya hoaks sebagai kebenaran, mereka (Sang Malas Baca) menyebarkan orasi dan narasi hoaks. Inilah yang sementara terjadi di Tanah Air. Tingkat kemalasan membaca sangat tinggi, sekaligus utama serta pertama percaya dan penyebaran hoaks.

Jadi? Faktanya, walau sejumlah provinsi dengan SDJ tinggi, dari jejak digital di Medsos, terutama WA, FB, IG, sebaran hoaks merata dari (pemilik akun) semua provinsi. Artinya naiknya tingkat SDJ belum selaras dengan kualitas serta kebenaran informasi yang didapat, sehingga masih percaya dan sebar hoaks.

Bagaimana Baiknya?

Upaya untuk meningkatkan minat baca (pada) masyarakat, itu suatu keharusan, merupakan tanggungjawab bersama semua pihak.

Utamanya kalangan Pendidik, Orang-orang Terdidik, Orang Tua, harus mendorong khalayak dengan orasi dan narasi gemar baca/membaca.

Cukuplah

Opa Jappy | Pegiat Literasi Publik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun