Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Sekolah Satu Atap" dari Kelas 1 hingga 12

27 Februari 2022   19:37 Diperbarui: 27 Februari 2022   19:47 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Google

Juga, para pendidik (guru) sejak dini bisa mendeteksi minat anak didik mereka. Dan guru bisa terjadi pendampingan dan bina (pada) peserta didik (orang yang sama) hingga tuntas atau lulus sekolah.

Jika memulai Sekolah Satu Atap, maka pada awalnya, ketika (mulai) ada kelas 7, maka guru kelas 1-6, masih bisa mengajar mata pelajaran sesuai disiplin ilmunya. Bersamaan dengan itu, mulai mengadakan usulan ke Diknas untuk penambahan guru, dan lain-lain.

Faktanya, sangat banyak Sekolah Swasta yang satu Kompleks Sekolah ada TK, SD, SMP, SMA. Misalnya, Sekolah-sekolah  milik Strada, BPK Penabur, K Yusuf, Al Azhar, Lab School, dan lain-lain. Sekolah seperti itu paling mudah menjadi Sekolah Satu Atap, hanya dengan merubah administrasi, maka jadilah.

Sama halnya dengan SMP dan SMA, jika mau dijadikan Sekolah Satu Atap, maka bisa langsung menerima murid untuk kelas 1, 7, dan 9. Proses KBM pun hampir sama dengan SD yang menjadi Sekolah Satu Atap.

Tapi, untuk menuju Sekolah Satu Atap, (dalam rangka pendidikan berkelanjutan sesuai minant dan bakat peserta didik), maka yang paling utama adalah penyediaan Guru Kelas (untuk Kelas 1, 2,3), Guru Bidang Studi (untuk Kelas 4-12), dan lebih dari satu Guru BP (dengan kemampuan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Perkembangan). Mereka harus betul-betul berkualitas dan menguasai bidang keilmuannya.

Dengan itu, walau ada 12 kelas (dan langsung naik kelas) tapi sistem pengawasan, bimbingan, KBM sesuai perkembangan peserta didik atau murid.

Jadi, sekaligus terjadi penelusuran minat, bakat, serta kognitifitas murid/siswa (sejak kelas 1 atau 2) yang berlanjut pada proses kegiatan belajar mengajar hingga di kelas-kelas berikutnya.

Karena untuk menemukan seseorang belajar sesuai minat dan bakatnya, maka harus ditelusuri, ditemukan, diketahui, dan didapat sedini mungkin; minimal sejak Kelas 1, 2, dan 3. Dari situ, ketika ia belajar di kelas yang lebih tinggi,  tetap fokus pada pilihan yang dipilih tadi.

Cukuplah

Opa Jappy | Mantan Guru

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun