Cipayung, Jawa Barat | Sepanjang durasi hidup dan kehidupan, seseorang, selalu diwarnai dengan berbagai peran; peran yang terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan, entah itu menaik atau pun menurun. Pada lansia, juga terjadi seperti itu, termasuk terjadi perubahan interaksi sosial.
Perubahan peran lansia tersebut, semakin nampak jika sudah ada orang-orang baru pada posisinya (Si Lansia) sebelumnya.
Contoh, sebagai Dosen Senior ataupun  Profesor di Prodi/Jurusan di Fakultas, ada orang-orang muda yang menggantinya; lambat laun, kiblat para staf (di Prodi, Jurusan, Fakultas) berpindah dari Lansia ke mereka yang baru.Â
Nah, jika seperti itu, jika Lansia baper, maka ia akan merasa sebagai orang terbuang dan dilupakan. Padahal, jika lansia menilai bahwa, tugasku dilanjutkan oleh yang muda-muda, karena aku berhasil membina dan membimbing mereka; tentu lansia tak merasa dilupakan dan terlupakan.
Sama halnya pada bidang organisasi (formal dan non-formal), giat sosial, penelitian (di) lapangan, bahkan di/dalam keluarga serta 'bukan lagi penghasil utama ekonomi keluarga.' Semuanya itu, berlangsung atau berjalan (menurun) secara alami.
Berbagai perubahan tersebut, aktivitas profesi (sebelumnya), interaksi dengan teman sebaya, anak-cucu, hubungan siosial, dan lain-lain, menjadikan lansia harus update diri serta melakukan penyusuaian. Jika tidak, maka lansia (akan) menjadi teralienasi dari lingkungan sekitarnya.
Jadi, perubahan (pada lansia), perlu diikuti dengan penyusaian peran pada/di/dalam 'dunia baru' mereka. Penyesuaian tersebut, walau tak diminta oleh anak-cucu, namun perlu terjadi atau dilakukan sendiri, dengan perlahan tapi pasti, serta mengikuti perkembangan zaman dan tekhnologi. Antara lain,
Dari Ayah-Ibu ke Opa-Oma jadi Teman. Lansia sudah tak mungkin perlakukan anak-anaknya sebagai 'super boy dan super girl' yang masih lucu-lucu. Maka, perlakuan itu dipindahka ke cucu-cucu; bahkan mereka bagaikan teman baru untuk berbagi cerita dan dongeng.
Dari Guru, Pembina, Pembimbing, Pendamping jadi teman ngobrol, ngopo barenf, dan berbagi pengalaman. Lansia, apa pun latar profesinya, sekian puluh tahun berinteraksi dengan teman-teman pada bidang minat dan kerja; pada konteks itu, lansia mengajar, membina, membimbing banyak orang. Setelah pensiun, ia dengan bangga melihat orang-orang tersebut berkarya. Jadi, bisa gunakan momen tertentu untuk berinteraksi dengan atau sebagai orang-orang yang punya minat yang sama.
Dari Tidak Dibatasi Waktu jadi Terbatas Masa. Ya, ketika masih muda, seseorang bisa ada/di dan ke mana pun, tanpa takut panasnya siang dan kegelapan malam, bahkan tidak cukup hanya 24 jam sehari. Namun, setelah lansia (dengan penurunan imunitas serta stamina) tentu harus giat serta gerak dengan memperhatikan waktu dan jam biologis (dalam) diri sendiri. Misalnya jam tidur, minum obat dan vitamin, makan-minum, dan lain sebagainya.
Dari Pemakan Segala jadi makan makanan terpilih. Ini bukan sombong atau angkuh, Â seperti kata orang, "Opa-Oma kok makan milih-milih." Saya sering menjawab, "Bialin aja toh. Ntar, jika diare, emangnya situ yang rasakan?"
Jadi, perubahan dan penyusaian pola konsumsi ini sangat penting. Karena selain mencegah penyakit; juga menghindari penyakit baru.
Dan masih banyak lagi yang lansia lakukan dalam rangka penyusuaian diri. Monggo tambahkan di Kolom Komentar.
Cukuplan
Nantikan Serial Lansia Berikutnya.
Opa Jappy
Indonesia Hari Ini
Pegiat Literasi Publik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H