Bojong Koneng, Bogor Jawa Barat | Ini gara-gara. Gara-gara (mau) fokus nulis tentang landsia, tapi diprotes Kompasianer Lawas plus Tuwir. Kata mereka (melalui Inbox), "Belum saatnya cerita tentang tua dan ketuaan. Segera kembali ke roh mula-mula di K, yaitu Politik." Â
Yah daripada diomelin teman, apa boleh buat, 'terpaksa dah;' tapi cukup arpen (artikel pendek), khan suasana politik belum hangat dan ramai. Ok.
But, saya mencoba fokus ke sejumlah tokoh; yang ada baliho, terlihat niat mereka, bahkan telah membentuk Tim Relawan, dan diduga berikan dana publikasi ke sejumlah teman untuk 'nulis yang baik-baik saja' tentang mereka. Kali ini, pertama, tentang Dr. Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos.
Akrab dengan sebutan Puan (Jakarta 6 September 1973), suami, Hapsoro Sukmonohadi. Puan politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan; dan sekarang sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2019--2024. Ia permah sebagai Menteri; sebelumnya, ia hanya dikenal sebagai Putri dari Megawati Soekarno dan cucu Bung Karno. Selesai di situ.
Boleh kusebut, sebelum sebagai Menteri, agaknya cukup sulit menemukan jejak digital Puan di Area Publik, Interaksi lansung dengan rakyat, tampil merakyat di antara orang-orang di luar pengagum Bung Karno.
Juga, maaf-maaf kate nich (minjam frasa Betawi, he he he he), saya, dan juga banyak orang, termasuk sulit, bahkan tak menemukan, pernyataan politik dari Puan; pernyataan yang viral serta diingat publik. Tapi, tak apalah. Puan masih memiliki darah biru politik dari Kakek dan Ibunya. Paling tidak, Puan mempunyai magnit, yaitu Citra Politik Soekarno.
Jadi, dengan modal pengalaman dan citra (di atas) Puan memberanikan diri untuk jadi Presiden RI, maka peluang menangnya ada, tapi tipis. Mungkin, dukungan dari Massa PDIP dan Para Pecinta Soekarno, namun belum cukup.
Puan harus bertarung juga dengan sesama Kader PDIP, misalnya Gandjar Pranowo, serta 'Kelompol Abstrak Asal Bukan Puan.' Kelompok 'Asal Bukan Puan' tersebut, mudah terlihat, posting mereka bertebaran di Medsos, dan terutama dari kalangan Perguruan Tinggi.
Selain itu, faktor Puan sebagai Perempuan, juga ikut menentukan terpilih atau tidaknya. Walaupun Megawati pernah jadi Presiden RI, tapi itu karena mengantikan Gus Dur. Ketika Pilpres langsung, Mega gagal, apalagi Puan.
Jadi, untuk Suksesi 2024, agaknya, Puan bisa terbendung atau mengalami kendala non teknis dan non politik. Ada baiknya, ia kembali atau tetap di Parlemen. Dan, itu bermakna, terbuka peluang besar baginya sebagai Ketua MPR RI.
Cukuplah.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H