Di sini, peran orang tua dan pendidik. Mereka juga harus menjadikan baca/membaca sebagai kebutuhan dan gaya hidup utama. Sehingga bisa mewariskan hal tersebut ke anak-anak serta peserta didik.
Peran Pers Nasional. Umumnya, pada masa kini di Indonesia, pers dimaknai sebagai semua bentuk kegiatan yang bersifat pemberitaan (mengumpulkan, membuat, serta memberitakan) melalui media dalam bentuk media cetak seperti koran, majalah, tabloid, dan berbagai buletin kantor berita; serta diperluas menjadi semua media massa yang ada seperti media online, radio, televisi, dan media cetak., (Opa Jappy, Februari 2020).
Pada konteks itu, selayaknya Pers Nasional berpeluang, bisa, sangat mampu untuk memberantas kemiskinan literasi rakyat Indonesia. Namun, apakah mereka lakukan?
Katakanlah, dari 100% pemberitaan dan penyiaran (setiap hari) adakah porsi untuk membangkitkan minat baca? Atau, hanya menyampaikan berita, informasi, hiburan, gosip, bahkan yang bersifat merusak seperti provokasi publik dan hoax, bahkan sentimen SARA. Dengan model seperti itu, Â Pers bukan untuk mencerdaskan Rakyat dan Bangsa, tapi merusak kesatuan dan persatuan.
Nah. Sekali lagi, Insan Pers Nasional, Februari Ini, merayakan Hari Pers, namun masih adakah idealisme dan keterpanggilan (pada diri mereka) untuk menaikkan minat baca pada Rakyat, Bangsa, dan Negara? Sekaligus ikut memberantas Kemiskinan Literasi di Negara Tercinta. Mungkinkah?
Selamat Hari Pers Nasional.
Mari Refleksi Ulang Idealisme dan Keterpanggilan Kita pada Ranah Mencerdaskan Bangsa
Opa Jappy | Pegiat Literasi Publik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H