Setu Babakan, Jakarta Selatan | Salah satu ciri unik Lansia adalah 'Suka Bercerita dan Maksain Orang Lain Mendengar;' jadinya, jika ngumpul lansia (laki-laki dan perempuan), maka selalu ramai karena semuanya serentak omong atau bicara. Tapi, seru dan hebohnya; apalagi ngumpulnya adalah teman-teman semasa kecil, seangkatan, dan pernah tumbuh bersama pada masa lalu.
Suka bercerita itulah, pada zaman old, cucu-cucu (terutama balita hingga usia SD/SMP) paling suka duduk bersimpuh dekat Opa/Oma atau Kakek/Nenek sambil dengar mereka bertutur penuh cerah ceria.
Tapi, nanti dulu; itu pada masa old, ketika belum ada internet, hp smart, game online, kanal video, website cerita (untuk anak-anak). Namun, pada sikon kekinian, "Apakah cucu-cucu masih mau mendengarkan cerita Opa/Oma?" Jawabannya adalah, "Hanya sebentar, lalu mereka berlalu ke game online dan lain-lain." Mengapa?Â
Penyebabnya adalah Opa/Oma selalu bercerita 'itu-itu saja;' karena memang 'itu-itu saja' yang tersimpan pada 'lemari arsip cerita' mereka serta itulah orientasi Kekek/Nenek.
Manusia yang mempunyai orientasi masa lalu (kembali berorientasi masa lalu), adalah mereka yang telah purna tugas. Mereka adalah para pensiunan sipil dan militer; pahlawan dan veteran perang; dan pada umumnya telah menjadi opa-oma atau kakek-nenek. Mereka selalu bercerita tentang pengalaman dan kenangan masa lalu (misalnya, ketika revolusi, keberhasilan masa muda); semuanya itu sekaligus sebagai suatu kebanggaan, yang menurutnya harus ditiru oleh anak cucu.Â
Pada sikon seperti itu, maka mudah dimengerti jika ada oma-opa yang (terus menerus) bercerita tentang semua pengalaman masa lalunya; walaupun anak-cucu atau orang-orang di sekitarnya sudah ratusan kali mendengarnya.Â
Dan ketika, suara atau cerita tersebut tidak ada yang mendengar (karena membosankan), maka akan muncul kekecewaan dan stress, kemudian menganggap bahwa sudah tidak ada yang mau mendengarnya, tak diperhatikan, diremehkan, dan lain-lain.
Nah. Jelas khan. Lansia tak bisa merampas perhatian cucu-cucu dari dunia modern mereka yang akrab dengan internet, hp smart, game online, kanal video, website cerita.Â
Tapi, lansia juga tak mau kesepian tanpa ada yang mendengar mereka bercerita. Oleh sebab itu, agar tak kehilangan pendengar, ada baiknya, Lansia, memperhatikan beberapa tips berikut.
Lakukan update cerita. Mungkin saja, kisah (yang ingin) disampaikan sudah lama, tapi ganti nama, lokasi, tokoh utama dengan nama-nama yang kekinian dan familiar. Misalnya, dongeng kancil, jadi cerita tentang kucing yang smart, dan lain-lain.
Tak ketinggalan IT, dalam artian, sebisa mungkin, lansia 'ngintip' cerita di internet atau website cerita; utamanya file-file lama, yang mungkin saja belum pernah dibaca cucu-cucu. Dan, olah ulang hasil dapatan itu sebagai cerita sendiri.
Ganti cerita pengalaman menyedihkan dengan kisah heroik, perjuangan, kemenangan, dan sejenisnya dengan itu. Atau, sering berganti-ganti topik.Â