Catatan Ini Bukan untuk Mau Ikut Campur Urusan Polisi terhadap Ferdinand Hutahaean, tapi hanya Sekedar Ikutan Membuka Cakrawala Berpikir dan Wawasan Kita
Tentang Lemah
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, lemah artinya tidak kuat dan tak bertenaga. Juga bisa bermakna tak mampu melakukan hal-hal yang standar atau pun sederhana.
Dengan itu, sesuatu atau orang yang lemah harus ditolong/mendapat pertolongan agar bisa kuat, bertenaga, dan mampu.
Tentang Tolong dan Menolong
Kamus Bahasa Indonesia memaknai tolong, bertolong-tolongan, saling menolong, saling membantu sebagai melakukan sesuatu untuk menguatkan sesuatu; misalnya meringankan beban (penderitaan, kesukaran, dstnya) memberi kekuatan dan seterusnya.
Dengan itu, Yang Ditolong atau Mendapat Pertolongan bisa eksis, bermobilitas, dan menunjukkan aktualisasi dirinya.
Tentang El dan Al-Ilah
EL
Pada masyarakat Timur Tengah Kuno, ada banyak penyebutan untuk menyebut Sang Ilahi. Penyebutan tersebut, juga sesuai dengan konteks budaya, sosial, bahasa yang dipakai.
Siapapun nama atau apapun sebutannya, menunjuk pada Pribadi super natural dan non material, yang diyakini ada; serta akibat dari keberadaan-Nya dirasakan oleh umat manusia. Beberapa orang dari antara masyarakat Timur Tengah Kuno, misalnya Abraham, Ishak, Yakub, sesuai dengan bahasa Aram yang mereka gunakan, memakai kata El untuk menyebut Ilahi.
Pada bangsa-bangsa berbahasa Semitik El, artinya Yang kuat dan Maha kuasa; El merupakan Ilah pribadi dan komunitas, berbeda dengan ilah-ilah lain.
El mempunyai ikatan erat dengan yang menyembah-Nya. Jika seseorang menyembah El, maka ia dilarang menyembah ilah-ilah lain.
Sehingga, mudah dipahami jika ada penyebutan Eloheey-Abraham, Eloheey-Ishak, Eloheey-Yakub pada Alkitab bahasa Ibrani; jadi, bukan Elohym Abraham, Elohym Ishak, Elohym Yakub; dalam Alkitab bahasa Indonesia menjadi Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub.
El merupakan bentuk tunggal atau esa; sedangkan kata Elohim berbentuk jamak. Semuanya itu, sekaligus menunjukkan bahwa sejak dulu-kala, sebelum ada sistem ajaran agama-agama seperti sekarang, Abraham, Ishak, Yakub telah melakukan penyembahan yang bersifat monoteis atau bahkan mono-religius.
Penyembahan yang monoteis, melahirkan atau mengalami perkembangan oleh agama-agama yang muncul kemudian di Timur Tengah. Misalnya. Yudaisme, Kristen, Katolik, dan kemudian Islam.
Agama-agama yang menyembah Ilahi yang monoteis tersebut, kemudian berkembang ke pelbagai penjuru dunia, termasuk sampai ke Nusantara.
Allah
Kata Allah sudah ada dan dikenal masyarakat Timur Tengah sebelum muncul agama-agama. Misalnya, Abraham, Ishak, Yakub sudah menyembah El yang Esa (Alkitab bahasa Indonesia, menggunakan kata Allah).
Demikian juga, di jazirah Arab, sebelum ada agama, mereka sudah melakukan penyembahan bersifat monotheis. Komunitas di sana, (sebelum munculnya Agama Islam) juga mempunyai keyakinan pada Allah sebagai Pencipta langit dan bumi; mengatur tata surya; menguasai iklim dan musim, dan lain sebagainya.
Kata Allah berasal dari kata-kata rumpun bahasa Aram, yaitu Al dan Ilah. Kata Ilah diartikan sebagai TUHAN yang disembah dan Yang Maha Kuasa.
Penambahan kata sandang Al, sehingga menjadi Al-Ilah. Kata Allah dipakai sebagai penyebutan nama Pribadi untuk menyebut Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Pencipta Alam semesta.
Penyembahan pada "El Pribadi" atau pun "El Komunitas" itu (Eloheey-Abraham, Eloheey-Ishak, Eloheey-Yakub pada Alkitab bahasa Ibrani) lah, kemudian 'diturun-wariskan' oleh Komunitas Iman Yahudi, Kristen (Protestan, Katolik, Orthodoks, dan lain-lain), dan Islam.
Pada bahasa Indonesia, El (Tunggal) dan Elohim (Jamak) disamaratan dengan kata Allah; Inggris, God; Yunani, Theos; Latin, Deo. Jadi, tak jelas atau tanpa pemisahan makna antara El dan Elohim.
Siapa yang Disembah?
Pesan Musa ke Bangsa Yahudi, "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu, (Ulangan 6 ayat 4 dan 5)"
Pesan Yesus untuk semua, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, (Matius 22 ayat 37)."
Dua kalimat syahadat,
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
Yesus mengikuti warisan Iman dari Hukum Taurat, sehingga Ia menyebut (dan ajarkan) tentang TUHAN (YHWH/Yahweh) adalah El kita (bukan Elohim kita).
Yesus meneruskan Monotheis Musa. Bukan meneruskan mono-penyembahan dari Abraham, Ishak, Yakub (Eloheey-Abraham, Eloheey-Ishak, Eloheey-Yakub). Dan, para Nabi pada masa Perjanjian Lama, menjelaskan bahwa Eloheey-Abraham, Eloheey-Ishak, Eloheey-Yakub itu adalah TUHAN atau YHWH/Yahweh.
Lalu, siapa Allah yang dimaksud dalam Dua Kalimata Syahadat? Ia adalah El (Tunggal) atau Elohim (Jamak). Biarlah kalangan Islam yang menjelaskan dengan tepat.
Frasa 'Allah yang Lemah'
"Allah yang Lemah;" siapa Allah yang dimaksud? El (Tunggal) atau Elohim (Jamak).
Studi Perjanjian Lama menunjukkan bahwa tak ada teks yang secara terang benderang berbunyi "Allah yang Lemah atau Allah Lemah," entah itu El atau pun Elohim.
Yang ada adalah, misalnya, Allah (El) yang Kuat, Gagah Perkasa, Penolong, Melindungi, Menolong, Mahakuasa, dan seterusnya. Dengan itu, keyakinan Yahudi dan Kristen memahami dan mengimani bahwa TUHAN yang mereka sembah adala El tak lemah, kuat, menolong dan tak perlu ditolong oleh siapa pun; Ia atau Dialah menolong siapa pun yang percaya pada-Nya.
Dengan demikian, jika umat Islam mempunyai keyakinan tentang Allah (entah El atau Elohim) yang sudah berkembang di Arab sebelum Islam lahir atau ada, maka itu juga bisa bermakna Allah (El atau pun Elohim) tersebut adalah Sosok Kuat, Tak Lemah, Penolong dan Menolong Umat, dan seterusnya.
Lalu, mengapa kita harus marah ke Ferdinand Hutahaean? (Coba lihat Video Ade Armando di YouTube).
FH hanya menyampaikan pemahaman iman dia tentang Allah (El atau pun Elohim) secara universal yang telah ada berkembang sejak kuno. Ya, tentang Allah yang kuat, mahakuasa, dan maha segalanya.
Tapi, sudahlah; seorang sahabat (yang Kombes) menyatakan ke saya bahwa Polisi 'dibantu' ahli bahasa. Dan saya prihatin, karena bukan dibantu oleh Teolog atau Pakar Perjanjian Lama.
Dengan cara seperti itu, ini yang saya takutkan, besok-besok, bakalan banyak orang Dipenjarakan karena menyampaikan Imannya; sebab apa yang diimani itu adalah salah menurut Ahli Bahasa. Tragis.
Cukuplah
Monggo jika ada tanggapan
Hubungi saya di +62 812 86 03 2120
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H