Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hasil Pilkada Desember 2020, Tak Mencerminkan Kekuatan Dukungan Politik pada Pilpres 2024

13 Desember 2020   14:52 Diperbarui: 13 Desember 2020   16:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cipanas, Jawa Barat | Sukses, Pilkada Sukses. Pilkada di/pada 270 Wilayah di Indonesia berlangsung dengan sukses, tanpa gejolak, rusuh, atau pun gerakan massa menolak kekalahan dengan rusuh sosial (rusuh karena kekalahan pada Pilkada). Itulah aslinya rakyat Indonesia, tepatnya, 'gerakan politik rakyat Indonesia,' bisa mengikuti kegiatan politik, dan menerima kekalahan, dengan tenang, pasrah, serta tanpa gejolak. Tapi, jika ada 'provokator,' maka semuanya (akan) terjadi sebaliknya.

Dari 270 wilayah yang melakukan Pilkada (Gubernur/Wagub, Bupati/Wabub, Walikota/Wakil Walikota) tersebut, ternyata tidak satupun Pasangan Yang Menang (ataupun yang kalah) berasal dari (hanya) satu Parpol. Semuanya berasal (didukung, diusung, mendapat dukungan) oleh lebih dari satu (atau lebih) Parpol. Para pasangan yang maju di/pada Pilkada tersebut diusung oleh, minimal, lebih dari dua Parpol; semuanya merupakan kolaborasi atau pun koalisi beberapa partai.

Dan, ternyata koalisi di Kodya, Kabupaten, Provinsi, dengan alasan praktis dan mendapatkan 'takhta kekuasaan' tersebut, Perpol mengkesamingkan perpedaan idiologi (garis politik, basis massa, visi dan misi). Bahkan, walau Parpol-parpol tersebut pada/di Tingkat Nasional, mereka 'berhadapan sebagai oposisi,' tapi demi 'jabatan, kuasa, kekuasaan politik' di daerah/wilayah, justru mereka menyatu diri. Mengapa seperti itu? Lihat tentang Oposisi di kolom komentar.

Selain itu, maksud saya 'koalisi campur baur tersebut,' agaknya (i) dalam rangka 'jabatan utama di daerah,' Parpol pun menggunakan 'jalan pintas;' jalan pintas yang dimaksud adalah 'memasang' sejumlah artis sebagai kandidat Kepala Daerah atau pun Wakil di/pada Pilkada,  dan (ii) menaruh dan menempatkan anggota keluarga dari kalangan elite Nasional sebagai Paslon Kepala Daerah, (iii) dengan cara tersebut, ada di antara mereka yang menang atau terpilih.

Jalan Pintas ini, tentu saja, mencerminkan lemahnya proses pengkaderan serta kegagalan Parpol melakuan pembentukan politics leader di daerah. Tapi, apa mau dikata, itulah yang terjadi di Negeri ini; sehingga walau ada kritik tajam dari dalam/dan luar Parpol,  model 'jalan pintas' tersebut tetap saja berlangsung tanpa hambatan.

Hasil Pilkada pada waktu lalu, kemungkinan besar (akan) mengubah peta koalisi, deal-deal politik, bahkan bisa menggeser sejumlah nama besar yang berpeluang maju pada Pilpres 2024. Tapi, sebetulnya, sikon seperti itu, maka tidak gampang, bahkan cukup sulit memprediksi peta politik daerah yang berimbas atau berdampak signifikan pada Pilpres 2024; ya hasil Pilkada Desember 2020, belum bisa merupakan gambaran awal 'kemenangan atau pun kekalahan pada Pilpres 2024.'

Lalu? Menurut saya, Pilkada ya Pilkada, dan beda dengan Pilpres; karena Parpol melakukan koalisi aneka warna di Daerah, namun menanam perbedaan, sebagai Oposisi atau pun Antipemerintah, di Tataran Nasional; dan itu tidak menunjukan edukasi politik yang cerdas kepada rakyat; yang terjadi adalah, (i) di daerah, rakyat bisa bersatu walau perbedaan politik dan idiologi, tapi (ii) untuk Tingkat Nasional, rakyat dipisahkan 'jurang perbedaan yang dalam' untuk memilih (dan mendukung) Presiden serta Wakil Presiden.

Oleh sebab itu, perlu perobahan sangat besar pada Parpol dalam rangka membangun kedewasaan berdemokrasi, yang di dalam termasuk tetap menyatu walau ada perbedaan idiologi, garis politik, maupun dukungan terhadap politisi. Paling tidak, dama, perdamaian, tanpa gejolak, pasca Pilkada Desember 2020, menjadi pembelajaran untuk semua. Sehingga, ke depan, tak ada apa pun yang terjadi pasca Pemilu, Pilkada, dan Pilpres.

Ternyata, Indonesia Semakin Dewasa Berpolitik

 

Cukuplah.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun