Catatan I: Tentang ODHA
Ketika beberapa tahun lalu, Virus HIV/AIDS menyebar dan tersebar, snagan banyak orang di perbagai penjuru Dunia, termasuk Indonesia, 'mendadak tobat dari sex bebas, pra-nikah, dan di luar nikah, karena ketakutan tertular. Sebab, HIV/AIDS menular melalui darah, ludah, dan cairan tubuh saat melakukan ML. Ternyata, ketakutan tersebut tidak berlangsung lama; belakangan para penikmat sex bebas (sejenis dan lawan jenis), pra-nikah, dan di luar nikah, 'kembali ke kebiasaan semula,' agaknya karena 'pertobatan semu.
Kebebasan yang terulang tersebut, sekaligus menjadikan penyebaran HIV/AIDS makin merata. Jejak digital menunjukan bahwa pada akhir Juni 2019, di Indonesia terdapat (i) 117.064 orang penderita AIDS, dan  (ii) 349.882 orang penderita HIV, (iii) menyebar di 463 kabupaten/kota atau 90,06% dari jumlah kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, bisa disebutkab bahwa, pada setiap komunitas, rata-rata ada 00.1 hingga 1 orang yang mengidap HIV/AIDS; tapi mungkin saja ia (si penderita) tidak tahu bahwa dirinya menderia, serta orang-orang di sekitarnya pun sama. Nah. Sikon  seperti itu, karena penyebarannya yang merata, maka kita, anda dan saya, hidup hidup berdampingan dengan orang-orang yang menderita HIV/AIDS; atau umumnya disebut hidup berdampingan dengan Orang Dengan HIV AIDS atau ODHA
Dan, karena jumlah ODHA semakin banyak atau menaik, maka setiap kemungkinan bisa terjadi; dalam artian, tidak berlebihan jika suatu saat nanti, anda dan saya harus hidup berdampingan dengan ODHA, di Tempat Kerja, Kampus, Lingkungan Rumah, dan lain sebagainya.
Catatan II: Sebaran Covid-19
Lepas dari detail Covid-19 (secara medis atau pun ilmiah), data terupdate dari Covid19 go.id sebaran Covid-19 (i) Global: 216 Negara, Terkonfirmasi 4.589.529, Meninggal 310.391, (ii) Indonesia: Positif, 18.010, Sembuh, 4.324, Meninggal, 1.191. Faktanya, pada beberapa Negara, angka penderita semakin menurun; namun, di Indonesia, ada tren kenaikkan.
Upaya untuk memberantas Covid-19 masih terjadi dan berlangsung di mana-aman, dan bisa saja Covid-19 dapat dijinakan, tapi tak pernah hilang. Sehingga, mungkin, nantinya, seiring dengan kerja keras para ahli medis dan farmasi di China, Israel, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Eropa, dan juga di Indonesia, akan menghasilkan vaksin Anti Covid-19 atau obat manjur penghalau Corona. Dengan itu, jika terserang Covid-19, maka sama dengan flu biasa, masuk angin, gatalan di kulit, ataupun korengan, serta penyakit remeh lainnya; bisa sembuh, cukup minum atau oles obat, kerokan, atau istirahat.
Akibatnya, sebaran Covid-19 mulai merambah hingga kota-kota kecil dan pendesaan. Bahkan, ada laporan tentang dua bayi yang gugur terkena Covid-19; tapi belum ada laporan mengenai bayi yang (baru) dilahirkan dengan bawaan Covid1-9 dari ibunya. Juga, dari berbagai jejak digital menunjukkan bahwa Covid-19 menyerang seseorang dari semua rentang usia, artinya dari bayi hingga lanjut bisa menjadi korban.
Selain hal-hal di atas, ada orang-orang yang mengidap atau terserang Covid-19, namun tanpa tanda-tanda fisik; mereka sering disebut Orang Tanpa Gejala terserang atau menderita Covid-19 atau OTG. Jadi, OTG bisa ada di mana-mana atau pada semua tempat, setiap waktu dan keadaan; mereka bisa di/dalam komunitas, serumah, seranjang dan lain sebagainya. Â
Dengan demikian, secara sadar atau tidak, yang terjadi adalah kita, anda dan saya, hidup bersama atau berdampingan dengan OTG. Berbahaya atau tidak? Itu yang jadi masalah serius. Sebab, tidak menutup kemungkinan OTG, yang ada di antara dirimu dan diriku, menjadi 'penyebar Covid-19 yang terbaik, teraman, tercepat' untuk orang lain.