Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hardiknas dan Disiplin dalam Balutan Covid-19

2 Mei 2020   12:51 Diperbarui: 2 Mei 2020   14:22 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutipan: Makna Pendidikan

Secara umum, pendidikan dapat berarti suatu proses transformasi ilmu pengetahuan kepada generasi berikutnya. Generasi berikut tersebut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, mempunyai pengalaman keagamaan, dan sikap hidup atau moral yang baik. Ini juga berarti, dalam proses pendidikan terjadi suatu proses persiapan (yang dilakukan sedini mungkin) kepada generasi berikut untuk menghadapi masa depannya.

Pendidikan menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual, dan lain-lain. Oleh sebab itu, prosesnya harus dilaksanakan sedini mungkin (bahkan sejak seseorang masih ada dalam kandungan), dan dimulai di rumah (di tengah keluarga) oleh orang tua atau ayah dan ibu. Dan selanjutnya, proses pendidikan terjadi di sekolah dan lingkungan kegiatan agama serta masyarakat.

Karena merupakan persiapan untuk menghadapi masa depan, maka proses pendidikkan terjadi dalam rentang waktu tertentu serta menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan. 

Pendidikan adalah usaha yang sengaja, sistimatis dan terarah untuk mencapai perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Sumber Artikel

=====

Sekitaran Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Jakarta Selatan | Sejak Nusantara diserang Covid-19, menjadikan beberapa peristiwa Nasional dan Keagamaan terlewati begitu saja; dan yang terbaru adalah 2 Mei 2020, Hari Pendidikan Nasional. Hari Ini menjadi biasa-biasa saja karena semua Institusi Pendidikan (formal dan informal) penuh kesunyian dan kesepian; sunyi dan sepi karena adanya pembatasan kegiatan agar Covid-19 tidak menyebar ke mana-mana.

Walau seperti itu, para aktivis dan praktisi pendidikan (di dalam/dan luar Sekolah dan PT), termasuk saya, tak melupakan Hari Bersejarah Insan Pendidikan tersebut.  

Ya, Hardiknas merupakan suatu peringatan terhadap para pendahulu (pendidikan untuk rakyat di Indonesia) yang menanam dasar-dasar pendidikan untuk segenap WNI; dengan harapan, nantinya, segenap lapisan rakyat Indonesia menjadi Masyarakat Terdidik. Sungguh, pada masa mereka, hal tersebut merupakan harapan masa depan yang mulia serta tak ternilai dengan apa pun.

Harapan masa depan tersebut, juga bermakna bahwa semua upaya pendidikan untuk rakyat di Indonesia (atau pada waktu itu Hindia Belanda) akan (i) mencapai suatu tahap meninggalkan keterbelakangan, buta aksara, pengetahuan dasar, (ii) merata tingkat pendidikan dasar, (iii) mencapai kesejajaran pengetahuan dengan bangsa-bangsa lain di Dunia, (iv) melalui pendidikan maka rakyat Nusantara menjadi bagian dari Masyarakat Maju dan Terdidik, (v) bahkan, anak-anak bangsa bisa menguasai tekhnologi, ilmu pengetahuan, serta berperan dalam perdamaian Dunia dan pengembangan serta kemajuan global.

Sayangnya, setelah lebih dari 70 tahum merdeka, upaya dan giat edukasi terhadap peserta didik di Indonesia belum memenuhi harapan para peletak dasar pendidikan Nasional tersebut; atau mungkin hanya mencapai sebagian kecil Orang Indonesia. Yaitu, mereka yang memiliki dana dan kesempatan untuk menikmati pendidikan yang berkualitas.

Dengan itu, maka sebetulnya, yang sebut sebagai, "Pendidikan di Indonesia belum Membentuk Komunitas Terdidik;" dengan itu masih jauh dari terbentuk Masyarakat Indonesia yang terdidik (lengkapnya klik di sini).

Konteks Kekinian yang Terpapar Covid-19

Pendidikan di Indonesia yang belum mencapai atau membentuk Komunitas Terdidik tersebut, semakin terlihat dan terbukti pada saat ini; saat ketika Negeri ini terserang Covid-19. Adanya serangan Covid-19, ternyata membuka topeng banyak orang dari berbagai lapisan, strata, kalangan.

Mereka, dari berbagai lapisan, strata, kalangan tersebut, (sebagian besar memiliki tingkat  pendidikan memadai), tidak mampu memperlihatkan diri sebagai orang-orang dengan tingkat pendidikan yang cukup. Hal itu terlihat dari, ini hanya contoh, bahwa bahwa sala satu hasil pendidikan adalah disiplin, tapi faktanya nyaris tidak terlihat. 

Namun, yang terlihat adalah orang-orang (katanya berpendidikan) penuh ketidakdisplin; dan tidak disiplin (mengikuti berbagai anjuran, larangan, peraturan) tersebut, menjadikan mereka sebagai penyebar Covid-19 ke mana-mana.

Itu baru satu contoh. Belum lagi, yang nekad mudik, kunjung keluarga, atau pun buat kegiatan keagamaan lainnya. Prihatin

Nah.

Dengan demikian, ketika hari ini, anda dan saya, mengingat kembali Hari Pendidikan Nasional, hal pertama dan utama yang perlu diperhatikan adalah 'kembali ke disiplin diri;' disiplin untuk mematuhi banyak hal sehingga Indonesia bebas dari dari Bencana Covid-19. Hal tersebut bukan dari orang lain, melainkan diri sendiri. Saya jadi ingat ucapan Presiden Joko Widodo

"Kita harus disiplin dan bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan bersama. Hindari kerumunan, rajin cuci tangan, pakai masker saat keluar rumah. Ketika kedisplinan kuat, Insya Allah kita akan kembali ke kondisi dan situasi normal dan dapat bertemu dengan saudara, teman, kerabat, tetangga dalam situasi normal. Situasi saat ini sangat berat dan membawa kesulitan bagi banyak orang.

Pemerintah dan masyarakat perlu bersatu demi melewati masa-masa sulit ini. Tetap sabar, optimis, disiplin, berada di rumah. Jaga jarak ketika berinteraksi dengan orang lain. Terima kasih kepada masyarakat yang mematuhi imbauan physical distancing demi mencegah penyebaran virus corona.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu, dan saudara yang telah tinggal di rumah. Karena dengan berada di rumah kita berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Artinya telah menyelamatkan banyak keluarga dari virus ini."

Sumber: Lengkapnya KLIK Kompas

Cukup lah

Opa Jappy | Idonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun