Kata-kata Hari Ini: Semangatku patah, umurku telah habis, telah gagal rencana-rencanaku, cita-citaku
Ayub, sosok purba yang akrab di Kalangan Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam, merupakan tokoh yang sering menjadi kiblat 'bertahan dalam penderitaan, dan berhasil bangkit dari keterpurukan.' Â
Ia bisa seperti itu, karena keyakinan ke/pada Sang Pencipta; padahal pada masa Ayub, belum ada apa yang disebut Agama-agama seperti Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam; belum ada pengkotakan penyembahan ke dalam batas-batas agama dan keagamaan.
Suatu ketika, saat dalam keterpurukan dan tak berdaya, kehilangan akal, serta tidak mampu berbuat banyak, ia sempat berkata
Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan.
Mataku menjadi kabur karena pedih hati, segala anggota tubuhku seperti bayang-bayang.
Umurku telah lalu, telah gagal rencana-rencanaku, cita-citaku.
Ayub 17:1, 7, 11
Namun, tak Lama kemudian, ia mengalami pemulihan; pemulihan itu, ia imani sebagai hasil dari ketaatan dan kepatuhan pada Hukum Alam serta kesetiaan pada Sang Pecipta yang Tanpa Nama.
Melompat ke sikon kekinian kita, anda dan saya, bahkan hampir semua umat manusia di Bumi, saat ini, bisa disebut dalam sikon ketidakberdayaan serta penuh ketakutan. Semuanya itu akibat pandemi Covid-19.
Mungkin tidak ada seorang pun bisa lolos; Covid-19 bisa menyerang siapa dan di mana saja. Dan jika seseorang (ia beragama atau tidak) terserang Covid-19 maka ia sembuh atau masuk ke Dunia Orang Mati dengan kesepian, kesendirian, tanpa iringan tatapan kesedihan dan air mata orang-orang yang dikasihi.
Siapa yang mau Hari Pemakamannya seperti itu? Tak seorang pun. Tapi, Covid-19 telah menciptakan 'iringan kesepian dan kesendirian dan berjalan sunyi' menuju 'Rumah Penantian' terakhir di Dunia.