Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serial Lansia: Semangat yang Tak Patah

24 Maret 2020   08:06 Diperbarui: 20 Maret 2022   11:23 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Kata-kata Hari Ini: Semangatku patah, umurku telah habis, telah gagal rencana-rencanaku, cita-citaku

Ayub, sosok purba yang akrab di Kalangan Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam, merupakan tokoh yang sering menjadi kiblat 'bertahan dalam penderitaan, dan berhasil bangkit dari keterpurukan.'  

Ia bisa seperti itu, karena keyakinan ke/pada Sang Pencipta; padahal pada masa Ayub, belum ada apa yang disebut Agama-agama seperti Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam; belum ada pengkotakan penyembahan ke dalam batas-batas agama dan keagamaan.

Suatu ketika, saat dalam keterpurukan dan tak berdaya, kehilangan akal, serta tidak mampu berbuat banyak, ia sempat berkata

Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan.

Mataku menjadi kabur karena pedih hati, segala anggota tubuhku seperti bayang-bayang.

Umurku telah lalu, telah gagal rencana-rencanaku, cita-citaku.

Ayub 17:1, 7, 11

Namun, tak Lama kemudian, ia mengalami pemulihan; pemulihan itu, ia imani sebagai hasil dari ketaatan dan kepatuhan pada Hukum Alam serta kesetiaan pada Sang Pecipta yang Tanpa Nama.

Melompat ke sikon kekinian kita, anda dan saya, bahkan hampir semua umat manusia di Bumi, saat ini, bisa disebut dalam sikon ketidakberdayaan serta penuh ketakutan. Semuanya itu akibat pandemi Covid-19.

Mungkin tidak ada seorang pun bisa lolos; Covid-19 bisa menyerang siapa dan di mana saja. Dan jika seseorang (ia beragama atau tidak) terserang Covid-19 maka ia sembuh atau masuk ke Dunia Orang Mati dengan kesepian, kesendirian, tanpa iringan tatapan kesedihan dan air mata orang-orang yang dikasihi.

Siapa yang mau Hari Pemakamannya seperti itu? Tak seorang pun. Tapi, Covid-19 telah menciptakan 'iringan kesepian dan kesendirian dan berjalan sunyi' menuju 'Rumah Penantian' terakhir di Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun