Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Akibat Antrean, Terjadi Penambahan Pasien Corona di Jakarta?

17 Maret 2020   10:50 Diperbarui: 18 Maret 2020   18:03 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagakarsa, Jakarta Selatan | Kemarin, 16 Maret 2020, sejak pagi hari hingga menjelang malam, Jakarta Berantakan gegara penumpumpukan atau kerumunan orang di banyak tempat. Hal tersebut terjadi karena warga DKI Jakarta yang biasa menggunakan moda transportasi massal, harus antri antara 30 sampai satu jam hingga mendapat kendaraan; itu pun penuh sesak. Halte-halte padat, antri dan mengular hingga jauh, stasiun KA juga idem; mau mengganti dengan ojeg pangkalan atau pun online, harga naik sekian kali lipat.

Kemarin, memang benar-benar sangat tak jelas, karena tanpa moda transportasi massal; warga pun mengeluh, marah, dan mencaci di Medsos; entah siapa yang mereka tuju, hampir semua update di Medsos menunjukkan kekecewaan dan kemarahan.

Semuanya itu terjadi akibat, sungguh, suatu keputusan yang tergesa-gesa tanpa pertimbangan dan perhitungan yang detail, yang datang dari Pemda DKI Jakarta, katenye demi membatasi penyebaran Covid-19 ke warga melalui interaksi di/dalam kendaraan umum.

Tapi, ternyata cara atau pun keputusan Pemda DKI Jakarta tersebut, salah besar atau pun gagal; Pkl 17.50 WIB, Kompas merilis berita, "Secara khusus, lokasinya berada di Jawa Barat (satu pasien), Jawa Tengah (satu pasien), Banten (satu pasien), dan DKI Jakarta (14 pasien). 

Sebelumnya, jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia tercatat 117 kasus hingga hari Minggu (15/3/2020). Sejauh ini, pemerintah telah mengumumkan ada delapan orang yang telah sembuh dari perawatan Covid-19. Adapun lima orang telah meninggal dunia setelah sebelumnya sempat dinyatakan positif virus corona."

Penambahan tersebut, menjadikan Jakarta menjadi juara pertama pasien yang terserang Covid-19 di Indonesia; sementara kota-kota besar lainnya di Indonesia, nyaris tak terdengar ada penderita. Padahal, sejak merebaknya Covid-19, Gubernur DKI Jakarta paling sering muncul di Media, sambil mengingat warga agar tidak panik (walau justru warga semakin panik dan menyerbu penjual kebutuhan pokok) serta menyampaikan berbagai informasi seputar corona (juga tentang keadaan Jakarta yang genting, darurat, dan seterusnya).

Seharusnya, anjuran melalui tampilan 'Gubernur Pilihan Rakyak' tersebut menjadikan Warga DKI Jakarta menjadi teladan untuk segenap rakyat Indonesia bahwa penduduk Ibukota sebagai contoh dan teladan untuk menghadapi Covid-19. Ternyata tidak; justru terjadi penambahan pesakitan Corona di Jakarta.

Lalu, mengapa kemarin ada penambahan 14 pasien di Jakarta? Tadi pagi, saya sempat bertanta ke/pada beberapa teman tentang penyebab penambahan tersebut. Mereka tidak menjelaskan dengan panjang lebar, tapi dengan kata-kata pendek yang pas; yaitu "Tanyakan ke penderita, kemarin mereka ada di Halte Bus atau Stasiun KA yang mana?"

Itu saja. Saya pun lemas. Waduh. Jika benar mereka ada di tempat-tempat tersebut, dan terserang atau tertular di sana, maka saya membayangkan (akan) ada ratusan atau ribuan pasien beritkutnya di DKI Jakarta. O No. O God, mudah-mudahan tidak terjadi.

Jika benar-benar terjadi; apa mau dikata? Semuanya akibat salah kebijakan dan keputusan tak benar, serta tampa perhitungan.

Nah. Sekarang, ku duduk manis dan menunggu babak berikutnya.

Opa Jappy |  Indonesia Hari Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun