Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Dua tiga hari terakhir, sekelompok orang melakukan aksi solidaritas terhadap sesamanya di India. Namun, berdasar pengamatan, fokus aksi tersebut, bukan melulu tentang solidaritas, melainkan ada hal lainnya. Itu terlihat bukan saja di Jakarta, melainkan juga di Semarang.
Aksi atas nama solidaritas (seperti itu) terhadap sesama di seberang sana, bukan sekali ini; melainkan sudah sering terjadi. Misalnya, ketika ramai-ramainya etnis Rohingya, terjadi aksi; ketika ramainya etnis Uighur, terjadi aksi; bahkan yang paling sering adalah aksi solidaritas terhadap Palestina. Secara khusus dan lucu, pada setiap aksi apa pun, misalnya tentang Rohingya, Uighur, tolak Ahok, bahkan kasus rusuh sosio-politik di India, bendera Palestina selalu dikibarkan, juga bendera khilafah.
Lucu, dan semakin lucu; belakangan muncul frasa baku, seperti Rohingya tertindas, di mana Jokowi; Uighur tertindas, di mana Jokowi; Umat tertindas di India, di mana Jokowi; rakyat di kriminalisasi, di mana Jokowi; semua hal, selalu dihubungkan dengan 'Di mana Jokowi.' Lha, memangnya Jokowi itu Presiden Dunia atau hanya di Indonesia?
Itulah orang-orang, atau sebagian orang yang menamakan diri mewakili rakyat Indonesia, yang memiliki kebiasaan unik, yaitu gerakan massa atas nama solidaritas terhadap sesame umat di Negeri Lain. Dan, gerakan tersebut, juga diisi dengan orasi dan narasi ketidaksukaan, bankan cacian, terhadap orang-orang yang ada di Negeri sendiri.
Lalu, apakah model seperti itu, adalah sesuatu yang wajar atau bisa diterima dalam pergaulan antar Negara dalam frame hubungan (politik) Internasional? Mungkin, bisa menadi suatu bahasan tersendiri. Atau, malah, menjadi tertawaan di Luar Negeri, karena melakukan aksi solidaritas terhadap 'orang-orang salah' di sana. Misalnya, ketika ada aksi solidaritas terhadap Uighur, warga Uighur dan pemerintah China, mempertanyakan, "Uighur mana yang mereka atau Indonesia bela?" Nah, Â bingung jawabnya.
Semua aksi-aksi seperti itu, agaknya, dilakukan oleh orang-orang, menurut saya, tidak memahami makna hubungan Internasional atau pergaulan antar Negara yang melintasi sekat-sekat perbedaan, serta tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing Negara.
Asal tahu saja, Hubungan Internasional tidak melulu pada satu bidang yaitu politik, melainkan memiliki banyak unsur. Hubungan Internasional itu, bisa terjadi G to G atau atau antar pejabat Negara, sesama pengusaha, pendidikan, latihan kemiliteran, orang per orang, dengan berbagai latar kepentingan, dan lain sebagaiunya. Tapi, tetap saja menghormati hal-hal yang terjadi pada masing-masing Negara, serta tidak mencampuri urusan tersebut.
Dalam kaitan dengan Hubungan Internasional, jika terjadi, secara holistik, maka di dalamnya menyangkut, (i) menjamin kelangsungan hidup bangsa ditengah kehadiran bangsa-bangsa lain, (ii) membangun solidaritas dan sikap menghargai antarbangsa, (iii) memberi atau  peluang untuk berpartisipasi dalam rangka mewujudkan dan menjaga perdamaian dunia, (iii) membuka peluang untuk membantu bangsa-bangsa lain yang tertindas, (iv) membuka hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang mau membantu ketika negara kita ditindas,. (iv) menyelesaikan konflik antarnegara, (v) memposisikan bangsa secara strategis ditengah pergaulan dengan bangsa lain.
Sayangnya, aksi-aksi yang sering terjadi di Indonesia, dan mengatasnamakan solidaritas terhadap sesama, ternyata tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang seharusnya ada dalam frame pergaulan antarbangsa.
Dengan demikian, pada aksi-aksi yang sering dilakukan di Indonesia, yang terjadi adalah 'latah dan kelatahan' dan sekaligus sekedar buat ramai, atau mau mencampuri urusan Negara lain. Â Nah, mau mencapai urusan dalam negeri Negara lain itulah, disesalkan oleh perwakilan Negara-negara sahabat di Indonesia. Bahkan, pernah Presiden Palestina 'menegur' ormas di Indonesia agar jangan membawa bendera Palestina pada aksi-aksi mereka.
Jadi, jika mau mau lakukan aksi solidaritas, maka masih banyak permasalahan sosial di Negeri ini yang perlu dibela dan pembelaan. Lakukan lah itu, daripada ngurus urusan di Negara lain. Memalukan Tahu.
Cukup lah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H