Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sanksi terhadap Peserta Didik Nakal

15 Februari 2020   08:49 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:09 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Proses pendidikan, tak bisa lepas dari Guru dan Sang Guru; guru adalah tongkat pegangan, agar peserta didik menenelusuri jalan berliku, kecil, dan bebatuan, hingga mencapai tujuan.

Ia juga adalah kuci dan anak kunci; dengan kunci itu, ia mebukan pintu ckrawal berpikir, sehingga peserta didik melihat bentangan semesta pengetahuan, kemudian masuk ke dalamnya. 

Dan ketika ia ada di dalamnya, ia enggan keluar, sehingga terus menerus belajar, hingga mencapai kemandirian.

Guru, akan tetap menjadi seseorang dan tak bisa disebut guru, jika tak ada murid, tiada yang diajarkan, dan tak pernah mengajar siapa-siapa. Namun, ia akan tetap disapa sebagai guru, walau sudah berhenti mengajar dan mendidik.

Guru adalah motivator, dan juga meletakan puzle-puzle pengetahuan ke dalam diri anak didik, dan mereka bersama, ketika berhasil membentuknya, akan  menemukan bangunan indah; bangunan hidup dan kehidupan.

Sumber

===

Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Beberapa hari terakhir, beredar video tentang kekerasan di/dari Dunia Pendidikan Indonesia; satunya, kekerasan peserta didik terhadap sesamanya, dan lainnya adalah guru menghajar murid.

Dua-duanya memiliki 'kesamaan' yaitu ada murid 'yang nakal dan bertindak di luar batas kewajaran;' dan, sepertinya kenakalan tersebut sudah lama dan terbangun di luar sekolah. Kemudian, murid-murid tersebut lakukan di/dalam lingkungan sekolah (mungkin ini yang menjadikan ada guru yang naik pitam dan menghajar salah satu muridnya, seperti di video yang beredar).

Penyebab Kenakalan Peserta Didik

Umumnya durasi Peserta Didik dasar hingga menengah (SD, SMP, SMA/K) berads di sekolah sekitar 5 hingg 8 jam; selebihnya, mereka ada di rumah dan lingkungan sosial atau pun masyarakat. Di area luar sekolah tersebut, mereka berinteraksi dengan sesama manusia yang berbeda karakter dan perilakunya.

Tidak menutup kemungkinan, pada interaksi tersebut, mereka (di sekolah sebagai peserta didik; di rumah, sebagai anak; di masyarakat, sebagai warga biasa dengan penggolongan usia anak, remaja, pemuda/i), ada perjumpaan yang terus menerus dengan berbagai bentuk kekerasan, vandalisme, kata-kata kotor, serta perilaku tak terpuji lainnya.

Perjumpaan seperti itu, mereka, anak-anak itu, serap dan simpan dalam arsip berpikir. Maka pada waktu yang pas atau ada kesempatan, maka mereka mengeluarkan hasil serapan tersebut dalam bentuk tindakan, orasi, narasi terhadap orang lain. Dan ketika itu orang dewasa di sekitarnya (misalnya orang tua) membiarkan atau tidak melarang, maka mereka (akan) menilai tindakan yang dilakukannya sebagai sesuatu yang wajar dan benar.

Jika terjadi pembiaran yang terus menerus, maka mereka, warga biasa dengan penggolongan usia anak, remaja, pemuda/i tersebut (akan) membawa masuk 'semua yang didapat dan lihat' tersebut ke dalam sekolah; bahkan mereka lakukan terhadap teman-teman sekelasnya; video kekerasan terhadap teman sekelas, sebagai salah satu bukti.

Sementara itu, Sekolah (atau pun para guru) hanya bisa menerima peserta didiknya yang telah penuh dengan segala bentuk perilaku akibat pembiaran yang terjadi di rumah dan masyarakat. Jadi, bukan sekolah yang salah bina, tidak mendidik, tak mengurus peserta didiknya.

Jadi, mungkin orang tua berpikir seperti ini, (i) supaya anak saya pintar, makanya disekolahkan, (ii) tapi jangan berpikir seperti ini, karena anak saya nakal, bandel, perilaku buruk di rumah dan masyarakat, maka kirim ke Sekolah agar jadi baik.

Sebab, walau sebagai tempat pembinaan dan pendidikan, Sekolah bukan 'bengkel perbaikan perilaku seseorang.' Sekolah, hanya memiliki durasi waktu 5-8 jam per hari untuk mendidik dan membina peserta didik, selebihnya orang tua, keluarga, masyarakat, dan komunitas iman atau pun agama.

Jadinya, jika anak nakal, dan ia teruskan di Sekolah, maka siapa yang salah? Silahkan jawab sendiri.

Reaksi Guru dan Orang Tua terhadap Peserta Didik yang Nakal

Umumnya, Sekolah mempunyai sejumlah tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua murid atau peserta didik. Sehingga ketika mereka ada di Sekolah, lingkungan luar Sekolah, dan melanggar Tatib Sekolah, maka akan mendapat sanksi. 

Juga, jika peserta didik masih berseragam Sekolah melakukan tindakan yang dikategorikan sebagai kenakalan, kejahatan, dan tindak kriminal maka Sekolah juga memberi sanksi.

Sanksi itulah yang kadang tidak bisa diterima orang tua karena mereka selalu melihat anaknya manis, baik, dan penurut di rumah. Atau, kadang Sekolah, dhi. guru, karena ketidaksabarannya, sangat keras dan berlebihan ketika memberi sanksi dan hukuman ke anak didiknya. Inilah yang paling sering terjadi.


====

Kembali ke video kekerasan di Sekolah, yang lagi viral. Jelas bahwa peserta didik yang nakal tersebut akibat interaksi di luar Sekolah dan adanya pembiaran. 

Dengan demikian, orang tua dan masyarakat jangan cepat menuding "Ada apa dengan Pendidikan kita?" 

Bahkan, Pemerintah pun tidak ikutan latah salahkan Sekolah. Hukum lah anak-anak nakal itu; dan beri sanksi pada guru yang berlebihan berikan hukuman pada peserta didiknya.

Sebab, bina orang muda, adalah tugas dan tanggungjawab semua. 

Opa Jappy | Mantan Guru SD, SMP, SMA,  Mahasiswa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun