Coba ingat-ingat; ketika PKS ingin memaksa agar Pemerintah ikut campur pada masalah Rohingya dan Uighur; ujung-ujungnya memunculkan narasi Pemerintah minus kesadaran dan perhatian pada sesama Muslim yang tertindas. Juga masalah-masalah lain di Timur Tengah, PKS selalu bawa-bawa, seakan hal tersebut sementara terjadi di seberang Istana.
Kembali ke anak-anak dari WNI eks ISIS atau WN ISIState asal Indonesia. Jika sekarang KPAI dan PKS, terus menerus bersuara tentang hal tersebut, maka ada tujuan politik yang hendak mereka raih.Â
PKS dan KPAI menawarkan opsi, jika memulangkan mereka semua, maka perlu asrama, pembinaan khusus, persiapan adopsi, dan penyediaan orang tua asuh, dan lain sebagainya.Â
Suatu usulan yang bagus. Tapi, sekali lagi, mengapa PKS dan KPAI baru menyadari hal tersebut? Mengapa ketika anak-anak dibawa untuk bertempur bersama ISIS, KPAI dan PKS membiarkan hal terjadi, serta tak ada upaya melarang orang tua mereka. Kok, jadi pahlawan kesiangan?
Jika sekarang, Pemerintah masih mempertimbangkan, belum sampai sebagai suatu 'program pemulangan atau tahapan aksi,' maka biarkanlah hal tersebut berproses. KPAI dan PKS tak perlu terus menerus mambangun orasi dan narasi ini-itu, sebab sudah tak penting.
Ada lebih baik, KPAI dan PKS memperhatikan puluhan juta anak-anak di/dalam negeri, agar tidak terjadi (lagi) seperti mereka yang kini terlantar di berbagai kamp pengungsian di Timur Tengah.
Cukup lah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H