Seputaran Universitas Indonesia, Depok-Jawa Barat | Barisan para Menteri, setelah dilantik pada Oktober 2019 yang lalu, masih hangat dalam perhatian dan percakapan publik. Tapi, dalam ingatan saya, perhatian publik pada Kabinet 2019-2024 ini lebih banyak jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Hal tersebut, mungkin saja, karena barisan Menteri Kabinet Indonesia Maju bagian II, merupakan paduan tokoh lama dan baru serta berusia antara 30an tahun hingga 70 tahun. Juga, muncul dari berbagai latar belakang, misalnya pensiunan polisi dan tentara, politisi, birokrasi, pengusaha, dan juga relawan 'beruang.'
Mereka, para menteri tersebut, termasuk para wakil menteri, umumnya mengikuti irama cepat dari Presiden Jokowi; dan ada yang nyaris tidak pernah tampil di Media Pemberitaan (misalnya Talk Show di TV, wawancara, media cetak, atau media online lainya). Namun, jika menelusuri web resmi Kementerian, ternyata banyak yang telah dilakkukan mereka; tapi tidak terpublikasi secara luas, sehingga tidak mejadi sorotan nitizen di Medsos. Berdasarkan sebaran di Media tersebut, ada sejumlah catatan ringkan dan menarik tentang para menteri tersebut
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan: Mahfud MD. Mahfud MD, yang juga nyaris menjadi Wakil Presiden, merupakan salah satu menteri yang terpopuler pada 100 hari Jokowi-Ma'ruf; dibandingkan dengan Menkopolkam periode sebelumnya, Mahfud lebih cepat tanggap, menyampaikan pendapat dengan tegas lugas, serta memuaskan 'dahaga' publik. Apalagi, ketika Mahfud mengeluarkan pernyataan yang dinanti publik; misalnya tentang wacana pemulangan mantan WNI dari Timur Tengah, ia tegas katakan 'tidak setuju;' dan diamin kan publik secara berjamaah. Â menya Â
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Airlangga Hartarto. Menteri ini, nyaris tak terdengar dan tak terlihat tampilannya di area publik; ia seakan ditelan Bumi. Agaknya hanya sekali Airlangga tampil lama di media, yaitu ketika pemilihan Ketum Golkar. Lebih dari, sunyi pemberitaan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Muhadjir Effendy. Menteri yang ini pun, nyaris tak terdengar dan tak terlihat tampilannya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi: Luhut B Pandjaitan. Menteri yang ini, cukup banyak mendapat perhatian dan liputan pers. Resminya, Luhut sebagai Menko pada bidang Kemaritiman dan Investasi, tapi kadang ia mengeluarkan pendapat tentang pada banyak hal. Mungkin, kareana Luhut sekaligus sebagai 'Opung di Kabinet' dan 'orang kepercayaan Jokowi,' maka pers banyak mengejar Luhut untuk mendapat bocoran-bocoran kebijakan dari Presiden
Menteri Pertahanan: Prabowo Subianto. Pak Menteri yang satu ini, termasuk populer di hadapan pers dan sering mendapa liputan; ia ternyata benar-benar menikmati tugas dan tanggungjawabnya. Publik mulai mempercayai kinerjanya, ketika Prabowo rapat bersama  Anggota DPR, Prabowo dengan tegas dan lugas menyatatakan 'tidak' terhadap permintaan Dewan. (Pada waktu itu, Dewan meminta agar Prabowo merinci strategi pertahanan dan anggaran pertahahan dalam rapat terbuka. Prabowo menjawab, "Jika rapat ini tertutup, saya terbuka; namun jika rapat ini terbuka, saya tertutup). Anggota Dewan pun tak bisa memaksa Prabowo mengikuti kehendak mereka.
Menteri Sekretaris Negara: Pratikno. Menteri yang ini, sepi pemberitaan. Publik nyaris tidak tahu apa yang ia kerjakan, kecuali masuk situs resmi pemerintah. Bahkan, ketika Monas diobrak-abrik pun, Sekeneg diam. Setelah nitizen sangat ramai, baru ada suara dari Sekretariat Negara. Lambat, tapi oke lah
Menteri Dalam Negeri: Jenderal (Pol) Tito Karnavian. Tito, termasuk menteri yang populer. Publik menaruh harapan besar pada Titon agar 'menindak' Pemda dan Perda Intoleran; misalnya, Desember lalu tentang pelarangan perayaan Natal di slaah satu daerah di Sumatera. Â Publik masih menanti gerbrakan Tito lainnya.
Menteri Luar Negeri: Retno LP Marsudi. Ibu yang satu ini, nyaris tak terdengar. Tapi, suaranya galak ketika ada kapal China menerobos perairan Natuna. Â