KB, dua huruf yang sejak lama akrab dengan orang Indonesia; karena akrabnya itu, KB kemudian 'diperpanjang dengan banyak kata-kata.' Â Misalnya, Keluaga Berencana (ini yang paling populer), Keluarga (yang) Bertanggungjawab, Keluarga (kecil) Bahagia, Keluarga Bapak, Karena (maunya) Bapak, dan juga Kontrasepsi (untuk) Bapak. Ya, itulah kita; orang Indonesia yang cerdas bermain kata dan kata-kata.
KB, pada beberapa tahun terakhir, justru tidak terdengar garang, bahkan sepi di mana-mana; akibatanya, pada banyak keluarga, kini memiliki lebih dari dua anak. Bahkan, ada pejabat Negara yang menyatakan bahwa Indonesia (akan) menghadapi 'bonus pertambahan penduduk.'
Tapi, saya malah sebut bukan bonus, tetapi kegagalan pengaturan kelahiran, sehingga angka pertumbuhan penduduk melonjak. Mengapa disebut gagal? Karena, pasca Orba, program KB menjadi nyaris mati. Akibatnya, angka kelahiran atau pun pertumbuhan penduduk Indonesia naik secara signifikan.
Laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat tersebut, maka sejak tahun 2018 BKKBN melakukan upaya meningkatkan partisipasi pria dalam Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR); jadi KB selalu dihubungankan dengan KR.
Partisipasi pria, intinya pria ikutKB, tersebut sebagai upaya kesetaraan bahwa bukan saja isteri yang dipaksa ikut KB, melainkan suami pun bisa. Karena KB bukan lagi 'pembatasan atau pun pengaturan hamil dan kelahiran, melainkan termasuk KR atau Kesehatan Reproduksi; dan Kesehatan Reproduksi bukan melulu pada isteri, tetapi termasuk organ reproduksi suami.
Peran dan keikutsertaan pria dalam Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi atau KB dan KR itulah maka perlu adanya peningkatan kesadaran pria atau suami untuk memakai alat kontrasepi; jadi, bukan saja memaksa isteri untuk gunakan alat kontrasepsi.
Oleh sebab itu, BKKBN merekomendasikan beberapa tindak adan alat kontrasepsi untuk pria selain kondom, yaitu pil kb untuk pria, vasektomi, dan lain sebagainya (untuk yang ini, misalnya susuk, Ultrasonografi, pantang berkala, dan lainnya).
Jadi, jika selama ini pria/suami 'lebih merdeka' karena tanpa kontrasepsi selain kondom (yang kadang isteri atau suami juga tak nyaman dengan kondom; mereka lebih menyukai sentuhan kulit alami; atau juga kadang isteri lebih suka saat puncak tumpah 'di dalam' daripada di tidak ada apa-apa. Maka, dalam rangka KB dan KR, kedua pihak, suami dan isteri, sama-sama bertanggungjawab, termasuk menggunakan alat kontrassepsi.
Untuk para suami yang masih giat, ingat bahwa seks itu juga KB dan KR, jadi pakailah alat kontrasepsi.
Cukup lah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H