Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Kebaikan Indonesia

23 Juni 2019   14:25 Diperbarui: 3 Juni 2022   07:37 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Lintasan Kenangan

Saat itu, awal 2009, seorang Lelaki Tua yang baru saja melewati usia setengah abad, mengalami pergulatan spiritual dan psikologis yang sangat berat dan ekstrim.

Pada sikon itu, ia menghubungi banyak orang yang pernah ia ulurkan tangan pada mereka, agar bisa sekedar untuk berbagi cerita, derita, dana, serta penguatan dan penyembuhan luka-luka bathin.

Namun, dari sekian banyak orang yang Lelaki Tua itu hubungi, tak satu pun memberi jawaban, harapan, dan kepastian. Sehingga, saat kesepian dan kesendirian dalam balutan Metropolitan, Lelaki Tua itu merasa teralienasi, terasing, dan tersingkir dari Dunia Diri sebelumnya. 

[Lelaki Tua itu pun belajar sesuatu yang baru bahwa, "Dikala sulit, jangan pernah menghubungi orang-orang yang pernah dibantu atau bukakan jalan baginya." Seperti pesan ibunya, puluhan tahun sebelumnya].

Ketiadaan jawaban tersebut, menjadikan Lelaki Tua itu memutuskan, 'Biarlah dalam kesendirian, kesepian, dan tiada uluran tangan lain, berusaha, berjuang dan mempertahankan hidup dan kehidupan.'

Lelaki Tua itu beranjak dari tempat ia membaringkan kepala; ya, ditempat itu, hampir setiap malam ia berbaring, kadang dengan perut yang merintih karena hanya terisi air kemasan.

Ia berjalan ke arah peron, menaiki KRL, yang belum sebagus sekarang, dan turun di Stasiun sesuai bisikan intuisinya. Setiap hari, menjelang malam, ia lakukan itu terus menerus.

Dan, ketika waktu tidur, ia pun berbaring bersama para penjual asongan, anak terlantar, homeless, dan pekerja serabutan. Bercampur dan berbaring di bangku-bangku peron, teras Stasiun, atau pun pelataran kosong. Karena keseringan bersama tersebut, Lelaki Tua itu, mendapat banyak teman, serta menemukan warna-warni hidup dan kehidupan yang getirnya melebihi dirinya.

Lelaki Tua itu menjadi tahu tentang sejarah lembaran uang yang dipegang orang-orang di sekitarnya: hasil copet, parkir liar, ambil di kotak amal serta kantong kolekte di Gereja, ngemis, jual barang bekas, bahkan hasil jasa hubungan seks dengan sejenis dan lawan jenis. Uang tersebut, mereka gunakan bersama; membeli makanan, minuman, cream penolak nyamuk, bayar toilet umum, dan lain sebagainya. Mereka, kami, ia dan dia selalu berbagi; berbagi untuk semua, tanpa bertanya latar SARA; semuanya dalam kejahatan yang sama; yang tersisa hanya cita-cita dan harapan.

Semuanya berlangsung hingga pada suatu waktu; suatu malam, 23 Juni 2009, di Stasiun Bogor, jelang tertidur, seorang Homeless berkata ke Lelaki Tua itu, "Abah Kolot (maksudnya orang/kakek tua), Hari ini, sisa Rp 10.000 di kantong saya. Mari kita minum Kopi."

Mereka berdua menuju tenda kopi depan Stasiun Bogor, menghirup panas dan wangi kopi liong khas Bogor. Lelaki Tua bertanya pada Si Homeless, "Kemana uangmu? Biasanya lebih dari Rp 50.000.-"

Si Homeless pun bercerita tentang tentang dirinya pada Hari Ini. Uang yang ia dapat dari jual barang bekas dan ban mobil curian, digunakan untuk membeli makanan, kaos, sepatu, buku untuk sejumlah anak-anak yang biasanya berkumpul di Taman Topi Bogor. Ternyata, yang dilakukan Si Homeless sama seperti yang Lelaki Tua lakukan; ia membagi makanan ke anak-anak di Jalan Kapten Muslihat Bogor.

Setelah bercerita panjang lebar, ternyata terdengar azan subuh. Si Homeless pun berkata ke Lelaki Tua, "Abah kolot, bagaimana caranya, agar kita tidak melupakan Hari Ini."

Lelaki Tua itu menjawab pelan, "Hari Ini, adalah Hari Kebaikan Sedunia; Hari Berbuat Baik; Hari Memberi dari tidak ada apa-apa." Si Homless pun berdiri, memeluk Lelaki Tua itu, dan berkata, "Hari Ini, Hari Kebaikan Sedunia."

Ia pun berlalu, dengan semangat menuju area Sholat subuh; tanpa disadari, ada mobil melaju kencang; Si Homeless tertabrak lari, tewas di tempat.

Lelaki Tua itu, berlari cepat menuju sosok tak benyawa itu; orang-orang datang dan membawa jenazah.

Sejak saat itu, setiap 23 Juni, Lelaki Tua itu pun selalu berkata, Hari Ini, 23 Juni adalah Hari Kebaikan Sedunia, tepatnya 

HARI KEBAIKAN INDONESIA. Ia sampaikan ke segala penjuru.

###

Beberapa tahun kemudian, setelah PJKA mengeluarkan kebijakan Area Stasiun Harus Bersih, maka tidak ada lagi orang-orang yang tidur atau menginap di Peron atau pun sekitar Stasiun.

Orang-orang yang pernah bersama Lelaki Tua itu, sudah terpencar, masing-masing entah di/dan ke mana. Lelaki Tua itu pun, merubah nama panggilannya dari Abbah Jappy menjadi Opa Jappy; ia terus-menerus menjaga 23 Juni sebagai Hari Kebaikan Indonesia.

###

Setiap tahun, pada 23 Juni, sebagai Hari Kebaikan, merupakan waktu spesial untuk melakukan kebaikan; yang porsinya, lebih dari hari-hari biasa. Perbuatan baik, dan juga kata-kata bijak dan inspiratif kepada semua orang, dan bantuan sandang-pangan ke mereka yang kurang beruntung, tertindas, dan terabaikan.

Sebab, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang.

Selamat Hari Kebaikan Indonesia.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Video Hari Kebaikan Sedunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun