Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Opa Jappy: Jokowi-MA Telah Mendapat Mandat dari Rakyat

17 Mei 2019   09:10 Diperbarui: 17 Mei 2019   17:46 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Menolak Lupa

Maret 2012, saya pernah menulis bahwa, "Mungkin SBY, adalah satu-satunya Presiden RI yang paling sering di maki oleh rakyat melalui jejaring sosial facebook; atau mungkin saja satu-satunya Presiden di Dunia, mendapat perlakuan negatif dari rakyat melalui Medsos."

Pada masa itu, ribuan posting di Medsos di Medsos, dengan bebas merdeka mencaci maki SBY; dan Negara melakukan pembiaran. Melalui sejumlah pengamatan, pada era SBY, ditemukan ciri-ciri pencaci Presiden SBY di Medsos. Misalnya,

  1. Kalangan ilmuaan, tekhnokrat, akademisi, dan, (terlihat dari info profile mereka di FB dan google); mereka memposting berdasar data, dengan bahasa elegan, bahkan kritis terhadap kebijakan-kebijakan politik/s - ekonomi (dari) SBY dan hulubalangnya.
  2. Kalangan kelas menengah terdidik, orang kantoran, pekerja swasta, dan lain-lainya (bisa menemukan data/info tentang siapa mereka di google, dan bisa menemukan data-posting mereka di google), walau posting mereka kurang kritis, dan kadang tak kena mengena dengan komentar sebelumnya, namun masih elegan dan berbahasa yang baik.
  3. Kalangan asbun, aspost, askom (asal bunyi, asal posting, asal komentar); mereka hanya sekedar like/suka, koment yang pendek, tak kena mengena dengan post atau komentar sebelumnya; bahkan posting mereka malah dengan bahasa yang tak jelas serta tanpa pesan dan makna.
  4. Pemimpin dan anggota ormas radikal - ormas anti NKR - ormas pengusung khilafah; di sini termasuk pengikut fpi dan hizbut tahrir;  (pada umumnya  anti Pancasila, UUD 45, anti Demokrasi, dan lambang-lambang Negara lainnya); mereka-mereka ini, adalah manusia-manusia (karena kebodohan dan kedunguannya) yang menyamakan SBY dan NEGARA dan DEMOKRASI. Sehingga, kegagalan SBY mereka samakan dengan kegagalan Negara serta kegagalan Demokrasi, jadi harus diganti dengan khilafah. Posting dan komentar mereka selalu berujung dengan ganti ideologi dan dasar Negara dengan ideologi sampah yang mereka usung.
  5. Pemilik Acount palsu; nama profile yang aneh-aneh - foto profile berupa flora dan fauna; jika yang ini, 100 % posting - komentar mereka adalah sampah dan memuakkan. Komentar dan posting mereka menunjukan bahwa mereka bermoral rendah, penuh caci maki, bahkan sangat rasis dan rasialis.

Ketika itu, tidak sedikit dari para anti SBY, sekaligus sebagai perusak NKRI dengan aksi-aksi teror, radikal, jihad, dan seterusnya.

Parahnya lagi, banyak di antara mereka yang menyamakan SBY dengan NEGARA atau SBY adalah Negara dan Negara adalah SBY. Sehingga mereka kembangkan menjadi Anti Negara, Anti Demokrasi, Anti Idiologi Negara, dan juga melakukan tindakan-tindak anarkis, brutal, teror, radikal yang merusak berbagai fasilitas umum dan pemerintah.

Bahkan, tidak sedikit dari antara mereka yang menolak pilar-pilar - lambang-lambang pemersatu berbangsa dan bernegara. Ormas-ormas seperti fpi, fui, mmi, hizbut tahrir, serta ada oknum diantara mereka yang mau menggulingkan pemerintah; ada juga yang menyatakan pemerintah adalah kafir dan lambang-lambang negara adalah berhala.

Mereka adalah (i) preman-preman politik, (ii) politisi busuk, (iii) preman-preman atas nama (ormas) keagamaan, (iv) bahkan tokoh-tokoh agama rasis-rasialis-radikal, (v) kelompok-kelompok barisan sakit hati (menyatukan diri dan rapatkan barisan dengan kepentingan yang sama)

##

Itulah warna Nusantara pada masa Pra-Jokowi (plus JK). Dan, yang paling dominant adalah pembiaran terhadap sejumlah Ormas Radikal, Intoleran, dan Anti Negara.

Kebiasaan mencaci Presiden itulah yang berlanjut hingga era Jokowi-JK. Mereka, para pencaci itu, karena terbiasa pada masa sebelumnya, dengan tak bermartabat serta kurang ajar, melakukan hal yang sama pada Jokowi. Sehingga, Presiden yang satu ini, agaknya paling banyak menjadi sasaran fitnah, penistaan, cacian. Namun, ia cuma diam.

Tapi, ketika saat ini, berdasarkan kekuatan Undang-undang, terjadi penangkapan terhadap penyebar hoaks, ujar kebencian, termasuk para pencaci dan penghina Presiden, maka itu adalah suatu kewajaran. Karena, Negara tidak boleh melakukan pembiaran terhadap mereka.

##

Ketika terjadi pergantian Kepemimpinan Nasional pada 2014, Jokowi JK mendapat warisan ribuan ketidakberesan dari Era SBY. Termasuk, pemasukan Negara yang minus, sementara rakyat dikelabui dengan sejumlah subsidi (dari uang hasil hutang). Sementara tata kelola Negara berlangsung secara Auto Pilot.

Jokowi-JK, bisa dikatakan, pada awal memerintah, mendapati Negara nyaris bankrut, dan hanya dengan dukungan politik di Parlemen hanya sekitar 35%.

###

Dengan sikon seperti di atas, plus tingkat KKN yang tinggi, Jokowi-JK melakukan pembenahan total pada banyak bidang, termasuk pembangunan infrastruktur di ratusan wilayah.

Sehingga wajah Nusantara, utamanya di perbatasan dan daerah tertinggal, mulai cemerlang. Di daerah-daerah itu, bukan lagi kumuh, berlumpur, compang-camping, melainkan mulai bersinar cemerlang karena bagian dari Negara Besar yang kaya SDA dan SDM.

Namun, semuanya itu belum selesai, harus berlanjut. Jokowi harus meneruskan semua hal yang ia (dan JK) mulai. Proses penataan dan pembangunan, harus diteruskan.

###

Dengan alasan inilah (Jokowi harus meneruskan semua hal yang ia (dan JK) mulai; proses penataan dan pembangunan, harus diteruskan) maka lebih dari 80 juta rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih, memilih Jokowi (dan Ma'ruf Amin) sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 17 April 2019.

Pilihan tersebut, juga sekaligus sebagai pemberian mandat pada Jokowi. Mandat, secara fungsional, adalah tugas dan tanggungjawab diberikan seseorang kepada orang lain (biasanya bawahan atau orang yang dipercayai) untuk bertindak mewakilinya.

Tugas dan tanggungjawab itu harus dikerjakan sampai tuntas, kemudian dipertanggungjawabkan kepada pemberi mandat. Namun, harus diingat bahwa mandat bersifat sementara, terbatas, dan durasinya terbatas, sesuai kehendak pemberi mandat.

Rakyat yang telah memberi mandat tersebut, (akan) terus menerus membantu mendukung Jokowi (dan MA) hingga titik darah penghabisan.

So, jangan ganggu Jokowi-MA; jangan ganggu rakyat; jangan ganggu NKRI.

###

Berdasar semuanya itu, pada periode kedua ini, Jokowi (kali ini bersama Ma'ruf Amin), selaku pemegang mandat rakyat, selayaknya melalukan percepatan (proses) pembangunan, bahkan memulai baru pada area yang belum tersentuh.

#teruskanmembangun

#janganganggujokowima

Opa Jappy | Indonesia Today

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun