Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat SBY, Surat Seorang Politic Leader

7 April 2019   22:07 Diperbarui: 7 April 2019   22:48 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, sejak pagi hingga kini, sejumlah media masih ramai dengan bahasan tentang Surat Terbuka dari SBY. Pada beberapa diskusi virtual, misalnya pada Grup WA INDONESIA HARI INI, muncul pro-kontra.

Pro-kontra itu muncul, karena ada yang membandingkan dengan pemerintahan SBY selama 10 tahun, dinilai meninggalkan hal yang dampak buruknya hingga sekarang. Misalnya, utang luar negeri, memberi izin ormas anti Pancaila, bocornya subsidi BBM, adanya Perda-perda yang 'menyimpang' dari UUD 45, dan lain sebagainya.

Lepas dari pro-kontra terhadap SBY tersebut, hari-Hari menjelang Pilpres ini, SBY yang kini fokus merawat Sang Isteri, justru memperlihatkan diri sebagai salah seorang Politic Leader Indonesia, atau paling tidak untuk jajaran dan kader Partai Demokrat.

Faktanya, SBY sebagai Politic Leader (tentang Politic Leader, Klik) adalah seseorang yang bertumbuh dan aktif (sejak dini) di Parpol; ia juga muncul karena karena pengkaderan serta proses politik. Dan, sampai saat ini, utama di Partai Demokrat, SBY adalah orang atau politisi yang menjadi teladan, kiblat, inspiratif pada sesamanya, di dan dalam Parpol, bahkan pada area publik atau masyarakat luas.

Dalam kapasitas dan kualitas sebagai Politic Leader itulah, SBY menulis Surat Terbuka, tersebar luas, serta dibaca oleh sangat banyak orang.

Karena sebagai Politic Leader, yang pernah menjadi Capres dan Presiden, SBY tahu persis pergulatan politik (dan politis), bahkan persaingan tidak sehat antar Capres/Cawapres jelang Pilpres.

Oleh sebab itu, anda dan saya memahami Surat SBY berdasarkan pengalaman holistik tersebut, utamanya bagaimana menjaga dan menghormati Calon Presiden serta bentuk kampanye yang menunjukan kesatuan dan kebersamaan sebagai sesama anak bangsa. Sehingga, pada suratnya, SBY mengatakan,

  1. Apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif
  2. Kampanye nasional tetap dan senantiasa mencerminkan Indonesia Untuk Semua, kebhinekaan atau kemajemukan, Unity in diversity
  3. Cegah demonstrasi berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim
  4. Pemilihan Presiden adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua.
  5. Pemimpin yang mengedepankan  identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh.

Sumber: Jakarta News

Memang, pada Surat SBY tersebut ada semacam kritisi dan kritik tajam terhadap Prabowo; namun, itu juga wajib diperhatikan oleh pasangan Jokowi-Ma'ruf dan TKN. Artinya, Jokowi-Ma'ruf tidak melakukan kesalahan yang sama.

Selain itu, Surat SBY secara tersirat bahwa puncak 'Kampanye Akhbar' kemarin, merupakan anti klimaks dari kegiatan Kampanye Prabowo-Sandi selama ini. Itu juga bermakna, Prabowo-Sandi tidak banyak mendapat dukungan baru dari publik. Atau, mungkin sebaliknya, mereka 'melarikan diri' lingkaran dukungan Prabowo-Sandi.

Nah. Kini, sekali lagi, Pilpres sudah menghitung hari, masih ada waktu untuk Prabowo-Sandi konsultasi dengan SBY sebagai Politic Leader, sehingga bisa mengakui dan memperbaiki kesalahan. Juga, Jokowi-Ma'ruf dan TKN, bila memungkinkan, melakukan hal yang sama, sehingga tidak keliru ketika mengatakan kegiatan puncak Kampanye Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun