Kamis 14 Maret 2019, jarum jam menunjukkan 11.20 WIB, calon penumpang Transjakarta di Halte Transjakarta BKN, Cawang, Jakarta Timur, tidak padat. Calon penumpang masih bisa duduk di bangku Halte. Nereka termasuk Sudirman (52 Tahun), di sampingnya ES (29 Tahun), duduk dengan santai.
Mungkin karena kebiasaan dan terbiasa, ES mengangkat kaki sehingga telapak sepatunya berhadapan langsung dengan pandangan Sudirman. Agaknya, Sudirman tidak nyaman dengan pola laku duduk ES seperti itu.
Sudirman, yang biasa membawa pisau di tas kerjanya, tampa menegur ES, menganbil pisaunya, dan menusuk telapak kaki ES. Urusan selanjutnya, di Mapolsek Kramat Jati, Jakarta Timur, [Sumber].
Kejadian di atas, bagi banyak orang, mungkin sederhana atau sepele. Namun, untuk sejumlah kalangan, cara duduk ES tersebut, sudah bemasalah.
Setidaknya, bagi Sudirman, anak muda yang duduk di sampingnya sudah kurang ajar dan menjengkelkan. Sudirman yang memiliki trauma terhadap orang yang duduk dengan mengangkat kaki, langsung menusuk kaki ES.
Lepas dari trauma pada Sudirman, penusuk kaki ES, yang bemasalah adalah pola laku duduk seseorang, dhi. ES, di hadapan orang yang lebih tua. ES yang duduk di samping Sudirman, agaknya tidak peduli dan peka terhadap orang lain. Ia pun duduk mengangkat atau menumpang kaki hingga alas sepatunya terlihat.
Model duduk seperti itu, sebetulnya telah menunjukan tidak sopan serta merendahkan orang lain. Agaknya, perasaan 'direndahkan' itulah yang ada pada diri Sudirman; akibatnya ia menusuk telapak kaki yang tak sopan itu.
###
Kasus di atas, menurut saya, bisa menjadi pembelajaran untuk semua, kita, anda, saya, bahwa perlu memperhatikan tata krama di area publik, termasuk cara duduk di samping orang lain, terutama dekat mereka yang lebih tua.
Ada baiknya, siapa pun diri kita, anda, dan saya, jika berada di area publik, perlu memperhatikan sopan santun serta nilai-nilai hidup dan kehidupan. Sehingga tidak terjadi hal-hal, yang bagi sebagian orang, sudah memperlihatkan ketidaksopanan.
Opa Jappy