Hari Ini dari Sekitaran Universitas Indonesia, Depok - Jawa Barat | Pemilhan Presiden RI Tahun 2019, semakin dekat; banyak pihak sudah menghitung maju menuju 'H Day.'Â
Konsilidasi intern para Capres/Cawapres bersma Parpol pengusung, Tim Pemenangan, dan relawan semakin intens. Kampanye dan upaya tebar pesona para Capres/Cawapres pun semakin TSM, melalui dan dengan berbagai cara.
Semuanya itu, ditambah lagi dengan 'pelepasan' sejumlah 'Tim Perusak alias Pengacau' di Dunia Maya dan Dunia Nyata. 'Tim Pengacau' ini, jika tertangkap atau terciduk, maka mereka bisa 'ngeles' sebagai tidak ada hubungan dengan Capres/Cawapres tertentu; dan pastinya pasangan Capres/Cawapres pun tidak mengakui mereka.Â
Kerja tim pengacau itu mudah terlihat; misalnya menyebarkan orasi dan narasi kebencian serta hoaks, merusak alat-alat bantu kampanye seperti sapanduk, poster, dan lain-lain. Faktanya, saya menemukan mereka di beberapa tempat.
Selain itu, dari lingkaran Capres/Cawapres, ada tim khusus yang ditugaskan untuk membangunkan 'sel-sel tidur.' Sel-sel tidur tersebut adalah orang-orang atau kelompok yang anti atau tidak mendukung Capres/Cawapres tertentu. [Note: Pada waktu Pilkada DKI, beberapa orang dari antara mereka, mengundang saya di salah satu Rumah Makan Terkenal di Jakarta. Waktu itu, mereka menjelaskan cara kerjanya, sambil mengajak saya  bergabung. Namun, saya menolak dengan tegas].
Tahun 2018, jelang Pilpres RI 2019, 'sel-sel tidur' sejak 2012/2013/2014 yang memusuhi Jokowi tersebut, ternyata sudah bangun dan bergerak, bahkan melahirkan atau membentuk kelompok-kelompok baru.Â
Mereka nyaris tak berubah, dan hanya dengan sedikit polesan, misalnya hoaks dengan isu serta bungkusan  Agama, Komunis, Utang Luar Negeri, langsung membuat para pembenci Jokowi, tergerak nafsu, benci, dan kebencian. Mereka pun memadu suara dengan nada sumbang, fals, dan miring.
Lalu, jika sekarang, anda melakukan penelusuran, dengan cara malas pun, maka  mudah menemukan sejumlah nama, orang, gerakan, komunitas, kumpulan, yang sejak lama, 2012, 2013, 2014 hingga kini, yang bisa dikategorikan sebagai para 'pembenci Joko Widodo.'  Mereka adalah
1. Parpol berbasis agama, ormas keaganaan yang radikal, preman (independen, terorganisir, dan berlabel ormas), politisi hitam, pengusaha hitam, para koruptor, dan sejenisnya; bagi mereka jika Jokowi menjadi Presiden, maka selesailah kelanjutan karier dan kejahatan mereka.Â
Mereka-mereka ini mungkin tak saling terkait, atau bahkan bersaing satu sama lain, akan tetapi demi No Jokowi, mereka menyatu diri, bergerak bersama, serta lakukan aksi yang sama. Misalnya aksi-aksi yang dilakukan oleh masa hizbut tahrir, fpi, pks, dan PPP [PPP, semua kubu, pada Pilpres 2019, mendukung Jokowi MA].
2. Barisan Sakit Hati; mereka adalah orang-orang (dan para pendukungnya) yang pernah dikalahkan Jokowi pada waktu perebutan RI 1 dan 2. Bagi mereka, kekalahan tersebut adalah aib, malapetaka, dan menyakitkan sekaligus tak bisa dihapus begitu saja.Â
Oleh sebab itu, Jokowi harus dilawan dengan berbagai cara; ia harus stop sebagai Gubernur DKI, dan tak lebih dari itu.
3. Kandidat-kandidat yang bernafsu menjadi Presiden RI. Terutama mereka yang sudah sekian lama ingin-mau menjadi Presiden RI, akan tertapi tak terpilih (atau belum terpilih!?), mereka akan adu nasib dalam Pilpres yang akan datang, siapa tahu terpilih menjadi Presiden. Yang paling menyakitkan bagi mereka, Ko' bisa, Jokowi yang bukan siapa-siapa di tingkat nasional, tiba-tiba diterima oleh banyak kalangan agar menjadi Presiden RI.
4.Parpol-parpol yang biasa menjadi penjilat Parpol Besar/Pemenang Pemilu dengan alasan koalisi; mereka nekad sebagai koalisi (walau beda idiologi dengan Parpol Pemenang Pemilu) agar kebagian Jabatan di Kementerian, BUMN, dan lain-lain.Â
Dan dengan itu, mereka bisa menguras uang negara. Mereka takut jika Jokowi jadi Presiden RI; bayangkan saja, jika cara lelang jabatan (ala Jakarta) juga dilakukan untuk mengisi jabatan di Kementerian, BUMN, Lembaga lainnya, maka para parpol koalisi tersebut akan gigit jari.
5. Mereka yang tak mau Ahok menjadi Gubernur DKI. Jika kelompok ini, sudah jelas siapa mereka (silahkan anda isi sendiri, ....). Mereka semakin berusaha agar Jokowi tak menjadi Presiden, karena jika itu terjadi maka Gubernur DKI adalah Ahok, dan itu adalah kiamat. [Nomor 1-5, Lengkapnya: Klik]Â Sedangkan pada Pilpres 2019, kelompok 1-5 di atas, bertambah menjadi,
6. Orang-orang dari Parpol Pendukung Prabowo-Sandi, seperti Gerindra, PKS, PAN, Demokrat. Dan, yang paling kental adalah dari Gerindra dan PKS. Sedangkan PAN dan Demokrat, bisa terlihat bahwa tak sedikit kader mereka yang kini 'bertobat,' lalu mendukung Jokowi - MA.
7. Parpol baru, atau baru muncul di Pemelihan Legislatif 2019 dan Pilpres 2019; mereka dengan alasan pertemanan, kekuluargaan, kesamaan sebagai oposisi, ikut memperkuat Prabowo - Sandi
8. Kumpulan orang-orang dari Ormas tertentu, misalnya FPI dan ormas terlarang, Hizbut Tahrir, dan juga FUI, mereka dengan alasan agama (dan keagamaan) atau munkin juga alasan tidak jelas, menjadi barisan utama pembenci Jokowi.
9. Para mantan pejabat sipil (tingkat Nasional dan Daerah) dan korps sepatu lars, karena berbagai alasan (sudah) tidak dipakai pada pemerintahan Jokowi, menyatu diri dengan oposisi, kemudian mendukung Prabowo - Sandi
10. Para konglemarat, pengusaha, petualangan politik, pelaku KKN, yang ruang geraknya dipersempit, sehingga tidak bisa melakukan kejahatannya; mereka menyatu dengan berbagai kelompok lain, kemudian membangun 'musuh bersama,' yaitu Joko Widodo.
11. Dan masih banyak lagi.
Melihat fakta seperti itu, Jokowi-MA ternyata tidak tinggal diam. Dengan pelan tapi penuh kepastian, percaya diri, dingin, dan penuh semangat Capres/Cawapres Jokowi - MA tetap melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar. Selain itu, Jokowi sebagai Presiden RI dan Capres, mampu memilah dan menempatkan diri secara tepat sehingga tak tumpang tindih ketika tampil di tengah rakyat.
Sama halnya dengan Cawpres, MA; ia masih sebagai Ketua MUI, namun, belakangan, terlihat menahan diri dari berbagai kegiatan. Di sini, di hadapan kelompok bukan Muslim, MA mencoba menghadirkan diri sebagai sosok 'bukan MUI, melainkan Calon Wakil Presiden untuk segenap rakyat Indonesia.
Secara khusus, gerak dan gerakan Jokowi sebagai Presiden RI, tetap konsisten dan komitmen pada pembangunan yang merata dan berkeadilan. Jokowi sebagai Presiden RI pernah menyatakan bahwa, "Pembangunan tidak cuma di daerah-daerah dia menang."Â
Hal tersebut bisa juga bermakna bahwa daerah yang kalah dan menang tetap dibangun sesuai kebetuhan dan perencanaannya yang sudah ada, sehingga banyak hasil-hasil pembangunan yang bisa dinikmati oleh daerah-daerah tersebut, semisal daerah Jawa Barat, Sumatera Barat, kemudian daerah Riau, Gorontalo, dan seterusnya.
Dengan itu, wajar jika daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi Jawa, yang tadinya bukan 'basis Jokowi,' kini berupaya keras agar ada kelanjutan pemerintahan Jokowi melalui Pilpres RI tahun 2019. Sehingga tidak menutup kemungkinan 70 - 80 % Kepala Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) mendukung Jokowi - MA.
Dan hal yang tak kalah penting adalah, solidnya caleg Parpol Pendukung Jokowi -- MA. Koalisi pendukung dengan sekitar 18.000 caleg, secara serentak, mengkapanyekan diri sendiri dan Capres/Cawapres Jokowi-MA. Serta, hal yang juga paling menentukan (kemenangan) Jokowi-MA adalah dukungan relawan yang militan dan solid, dari tingkat daerah hingga daerah.
##
So, Janganlah Kita Mewarisi Benci dan Kebencian Politik ke Generasi Mendatang.
Berpolitiklah dengan  baik dan benar, sehingga pada masa depan, anda dan saya dikenang sebagai Politics Leader di Negeri ini.
Opa Jappy | Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi - IHI MJ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI