Namun, parpol sebelumnya tidak bisa mampun mendorong Trump sebagai presiden AS; namun, ketika tahun 2015, ia bergabung dengan Partai Republik AS, kesempatan terbuka baginya. Ia pun lolos sebagai calon presiden AS, dan dalam Konvensi Nasional Partai Republik tahun 2016, Donald Trump dicalonkan sebagai calon presiden AS.
Dengan semboyan "Make America Great Again" Donald Trump memunculkan simbol imperium yang kuat. Dilanjutkan dengan pernyataan-pernyataan yang kontroversial dan menarik perhatian publik; dan terlihat bahwa semakin kontraversial, maka meyakinkan pendukungnya bahwa dirinya adalah pemimpin yang tegas, tidak peduli apa kata lawan politiknya, otentik meskipun tidak orisinil, dan gagah berani.
Bahkan, tak jarang, Trump menggunakan isu-isu agama (utamanya, memberi angin segar kepada Kristen Fundamentalis AS, Pro Yudaisme, anti imigran; mereka adalah yang cukup berpengaruh di area publik AS), kebesaran dan keutamaan Amerika, sangat membuat reaksi publik, termasuk media, pengamat, hingga masyarakat luas.
Apa-apa yang Trump sampaikan itu, bagi publik Amerika 'masih ada bibit pure American yang sudah lama terpendam,' terangsang untuk muncul dan tumbuh subur. Mereka melihat Trump sebagai 'harapan baru Amerika;' dan akibatnya ia semakin populer; populer karena asal bunyi dan pernyataan bombatis, tidak masuk akal, dan melawan akal sehat.
Gaya politik (dan kampanye) Trump itulah yang sementara diterapkan oleh Prabowo Subianto. Dengan slogan Make Indonesia Great Again, dengan jelas memperlihatkan kemiripan dan kesamaan antara Prabowo dan Donald Trump. Dengan pola yang sama dan sebangun, Prabowo menebarkan cara-cara layaknya yang Donald Trump pernah lakukan, yakni dengan meyakinkan publik bahwa pemerintahan bisa lebih baik dan lebih kuat di tangannya kelak.
Bahkan Prabowo tak segan-segan menyampaikan pernyataan kontroversi, yang publik tak pernah dengar sebelumnya. Bahkan, pada beberapa kesempatan, Prabowo justru 'merendahkan' etnis, profesi, dan juga mengkritisi pemerintah dengan data-data yang sangat salah dan tidak mendasa. Bisa dikatakan, tiada hari tanpa ucapan kontraversi dari Prabowo. Sebagaimana Prabowo, pun senada yang dilakukan cawapresnya, Sandiaga Uno yang kerap membuat peristilahan yang kontroversi sekaligus fenomenal, seperti tempe setipis kartu ATM.
##
Nah. Itulah kedua Calon Presiden RI yang sementara tebar pesona di hadapan publik Negeri ini; dua-duanya menggunak cara-cara yang unik, dan ada lebih serta kurangnya. Dua-duanya sementara membangun citra agar pemilih tidak memilih berdasarkan emosi politik, ikut-ikutan, sekadar mengikuti arus, atau bahkan lantaran provokasi politik, bahkan politik uang. Saya pun setuju dengan mereka.
Namun, dan sayangnya, Prabowo lupa bahwa Trump Style yang ia tiru, tidak pas dengan kultur sosial dan politik Indonesia. Dengan semboyan Make Indonesia Great Again, maka Indonesia mana yang akan 'di-again' oleh Prabowo? Jika melompat ke masa lalu, maka apakah era Sriwijaya, Singosari, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan masa lalu di Nusantara? Mereka atau Kerajaan-kerajaan tersebut adalah 'Giant dan Great' yang pernah ada di Nusantara. Itu kah maksud Prabowo?
Juga, agaknya Prabowo juga lupa bahwa peran kalangan fundamentalis agama di Indonesia, tidak sebesar (di) Amerika Serikat, plus ada banyak politisi dan penguasa, pengusaha yang Pro Yudaisme. Tapi, di Indonesia, dengan mengganden kalangan fundemtalis agama (bahkan radikal dan intoleran), serta ormas anti pemerintah, justru menjadi hal yang kontra produktif atau tidak menguntungkan Prabowo.
Dengan demikan melalui semboyan Make Indonesia Great Again, justru Prabowo membawa publik Nusantara ke arah yang tak jelas; dan seakan ingin menyatakan bahwa, "Saat ini, Indonesia itu nihil dan tiada apa-apanya." Jelas, Prabowo sementara merendahkan segenap rakyat dan bangsa Indonesia.