Saya bukan bagian dari Islam yang suka menjejerkan fustun-fustunnya.
Saya Jokowi bagian dari Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di Negara RI yang memegang teguh UUD 45. Bhinneka Tunggal Ika adalah rahmat dari Tuhan.
24 Mei 2014 | Sumber, Klik
Kampanye Politik dalam rangka Pilpres RI tahun 2019 sementara berlangsung; hampir setiap hari para Capres/Cawapres melaksanakan tebar pesona agar, nantinya, dipilih oleh rakyat pada waktu Pilpres. Sayangnya, Kampanye Pilpres yang seharusnya sebagai 'Kampanye yang paling berkualitas dan bermutu tinggi,' ternyata sering diwarnai dengan hal-hal yang remeh, tidak masuk akal, hoaks, Â serta serta ujar kebencian terhadap lawan politik.
Bukan saja 'sayangnya .... ' tapi juga 'lucu-lucuan.' Misalnya, ketika Capres/Cawapres menyebut tempe setebal Kartu ATM, sainganya blusukan ke pasar, sambil mengelus-elus 'tempe asli, yang ternyata puluhan kali lebih tebal dari Kartu ATM; ketika Capres/Cawapres katakan bawa Rp. 50.000.- ke pasar, tidak dapat apa-apa, pesaingnya menyatakan bahwa tempa yang tebal seharga Rp. 3000.- dan uang Rp 50.000.- bisa membeli sayuran, telur, daging, dan lain-lain; ketika Capres/Cawapres 'lompat-lompat' di kuburan, pasangan lain sebarkan cara ziarah yang baik dan benar; dan masih banyak lagi lucu-lucuan.
Lucu-lucuan baru terupdate, hari ini, muncul foto-foto Capres dengan seragam driver ojek online; nah, jika yang ini, pasangan sainggannya tidak melakukan hal yang sama. Jika terjadi, maka 'kasihanlah Rakyat RI,' karena pasangan Capres/Cawpres bersaing seperti anak kecil, atau bahkan bagaikan badut.
Selain 'sayangnya .... ' dan 'lucu-lucuan' tersebut, ada Capres/Cawapres yang menyebarkan atau pun memainkan 'psikologi ketakutan' melalui orasi dan narasi menakutkan serta pesimisme, sementara pasangangan lainnya, memberi semangat serta harapan masa depan, bahkan menyampaikan motivasi serta inspirasi agar tergerak membangun bangsa.
Selain hal yang remeh temeh dan lucu-lucuan di atas, ada juga Tim Pemenangan atau Tim Sukses (termasuk pendukung dan Tim Hores atau Sorak-sorai) pasang Capres/Cawapres yang terus menerus melakukan penistaan, tudingan, tuduhan, serta ujar kebencian terhadap pesaing mereka. Ini yang paling parah dan sangat tidak beradab dan di luar akal sehat serta normal.
Katakanlah, tudingan dan tuduhan terhadap Capres RI yang bernama Joko Widodo; yang kini masih Presiden RI yang sah; ia dituding sebagai 'turunan Asiong,' anggota dan pendukung Komunis; bahkan yang sangat tidak masuk akal, Jokowi dituduh bukan Islam dan tidak Islami. Luar Biasa. Bagusnya, tudingan dan tuduhan seperti itu tidak dibalas oleh Jokowi dan Pendukung serta Tim Sesnya.
Khususnya, tuduhan bahwa Jokowi bukan Islam dan tidak Islami, yang (juga) menjadi perhatian saya. Aneh juga, bisa-bisanya Jokowi mendapat serangan seperti itu. Saya pun 'gatal' untuk menjawab mereka yang menuding.
Berdasar pengalaman, ketika mengikuti jejak digital dari (dan tentang) Joko Widodo sejak terpilih menjadi Wali Kota Solo (ada) Parpol berbasis Agama yang mendukungnya, apa memang mereka buta terhadap agama (dan keagamaan) Jokowi?