Berdasarkan semuanya itu, maka pada sikon kampanye menuju Pilpres RI pada tahun 2019, sebaiknya para Capres/Cawapres dan Tim Sukses, Tim Pendukung, Tim Relawan, serta Tim Ikut Mensuksekan, kembali memiliki pemahaman bersama dan wajar tentang Kampanye Pilpres. Bahwa,
Kampanye untuk Pilpres memiliki derajat atau pun kedudukan tertinggi di/dalam cara berkampanye para politisi, karena Pilpres merupakan upaya untuk mencapai kedudukan politik tertinggi RI, jadi siapa pun yang berkampanye untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden, maka ia (mereka) harus memperlihatkan diri 'lebih dan layak dipilih dan terpilih.' Â
Ia harus menunjukkan diri sebagai (Calon) Presiden dan Wakil Presiden, jika terpilih, untuk segenap rakyat dan bangsa (elemen-elemen bangsa yang berbeda, seperti suku, sub-suku, agama, golongan, kelas, strata, dan lain sebagainya), dan bukan hanya kelompok tertentu.
Nah, mampukah?
Opa Jappy | Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi - IHI MJ
Artikel Terkait : Kampanye Tanpa Akal Sehat
Faktanya, para Capres/Cawapres dan Tim Pemenangannya, serta Relawan (bayaran dan sukarela) yang meramaikan suasana, lebih banyak meramaikan area publik dan dan pemberitaan di media (media sosial, pemberitaan, penyiaran, dan cetak). Sayangnya, keramaian tersebut bukan bersifat edukasi politik, tapi upaya-upaya yang bersifat ajakan untuk membenci serta tidak menyukai orang lain. Kasarnya, bersifat tudingan, tuduhan, fitnah, ujar kebencian, dan hoax; termasuk penyampai data yang tidak benar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H