SUPLEMEN: Dua Catatan Awal, Tidak Termasuk Artikel
Catatan Pertama: Kampanye
Sederhananya, kampanye adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan. Kampanye bisa dan biasa dilakukan oleh/pada berbagai kegiatan; dan utamanya pada proses pemilihan pimpinan (dan pengurus) di pada organisasi tertentu (ormas, keagamaan, kegiatan sekolah, kampus, dan partai politik), dan yang paling umum dilakukan adalah pada kegiatan politik.
Dengan itu, kampanye, bisa terjadi atau dilakukan pada semua bidang, utamanya kegiatan yang bersifat mempengaruhi orang lain untuk memilih seseorang, kelompok, atau hasil produksi tertentu. Demikian juga (yang terjadi) pada Pilpres RI tahun 2019, semua calon presiden dan wakil presiden (akan) melakukan kampanye tertutup (dalam/di ruangan) dan terbuka atau area terbuka yang tanpa batas.
Isi atau muatan dalam/di pada waktu kampanye pun, wajib berisi sejumlah visi, misi, program, janji politik, dan lain sebagainya yang bersifat (upaya) menarik perhatian, mempengaruhi, dan menjadikan orang lain tertarik (dan juga memilih) orang (dan visi, misi, program, dan janji) yang dikampanyekan atau ditawarkan.
Kampanye (terutama di/dalam Perpolitkan Indonesia) bukan penyampaian janji-janji (surga) serta bualan politik; juga bukan berisi 'live musics' teriakan yel-yel, umpatan, bahkan sekedar pengerahan massa bagaikan pasar malam. Kampanye, juga bukan untuk memunculkan pemilih yang memilih (hanya) karena 'emosi politik,' ikut-ikutan, ikuti arus, berdasarkan 'provokasi politik,' dan terbuka kemungkinan 'memilih karena berapa banyak rupiah yang didapat.
Catatan Kedua: Teror
Teroris, secara sederhana adalah orang yang melakukan teror. Mereka, bisa datang atau dibentuk dari semua strata sosial dan tingkat pendidikan; serta berbagai alasan. Alasan atau motivasi seseorang menjadi teroris, walau dirinya tak mengakui sebagai teroris, sangat beragam; misalnya alasan idiologis, agama, balas dendam, bahkan kelainan jiwa.
Karena alasan-alasan itulah, maka gerakan atau aksi-aksi mereka, para teroris itu, pun beragam, seiring dengan tingkat dan latar pendidikan serta strata sosialnya. Misalnya, seseorang yang wawasan sosialnya sempit, kurang pendidikan, minim interaksi sosial, yang direkrut menjadi pelaku teror, maka bisa dipastikan, ia akan menjadi eksekutor bom bunuh diri. Namun, jika merekrut seseorang yang pendidikan lumayan, menguasai atau mempunyai pengetahuan lintas ilmu, maka ia bisa dibentuk sebagai operator atau pelaku teror di "belakang layar" dan Dunia Maya.