Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan dan Generasi Milenial

10 November 2018   23:42 Diperbarui: 11 November 2018   00:02 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua Catatan

I. Pahlawan, hero, super hero, apa pun sebutannya, menunjuk pada seseorang atau orang 'yang berani melawan;' ia memimpin, memotivasi, membangkitkan semangat, bahkan memberi teladan agar orang-orang melawan sesuatu. 

Sesuai pengembangan makna, pahlawan tak (lagi) berhubungan serta dihubungkan dengan hal-hal fisik, misalnya perkelahian, pertempuran, perang, dan sejenisnya. Melainkan, berhubungan juga dengan hal-hal soft, misalnya pendidikan, lingkungan, serta bidang-bidang hidup dan kehidupan lainnya.

Jadi, sebetulnya, setiap orang bisa menjadi pahlawan untuk masyarakat, komunitas, orang lain, atau pun diri sendiri. Pada konteks ini, dalam kekinian waktu, seseorang (bisa) menjadi pahlawan karena keberhasilan dan kemampuan memimpin, memotivasi, membangkitkan semangat, serta memberi teladan agar orang-orang melawan sesuatu. Misalnya memperbaiki kelakuan, disiplin, merobah keadaan, dan menata sesuatu sehingga lebih baik dari keadaan semula, [Lengkapnya | Klik].

II. Generasi Milenial. Dari jejak digital ditemukan bahwa William Strauss (Generations: The History of America's Future Generations, 1584 to 2069, 1991) dan Neil Howe (Millennials Rising: The Next Great Generation, 2000), paling bertangungjawab pada sebutan atau penamaan generasi milenial. Keduanya menciptakan istilah tersebut pada 1987, di saat anak-anak yang lahir di tahun 1982 masuk pra-sekolah; dan media menyebut mereka sebagai kelompok yang terhubung ke milenium baru di saat lulus SMA di tahun 2000.

Umumnya, generasi milenial memiliki gaya hidup dan kehidupan yang khas dan berbeda dengan mereka yang lahir pada tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, mereka terlahir bersamaan dengan produk (alat) teknologi (dan informasi) yang generasi terbaru; mesin pencari atau search machine yang memudahkan informasi; transportasi cepat, uang elektronik, bahkan hanya dengan telepon genggam, mereka mampu menjelajahi serta mengetahui banyak hal, [Lengkapnya | Klik].

Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini
Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini
Pada sikon kekinian, khususnya di Indonesia, ada semacam pergeseran sebutan terhadap 'siapa yang disebut  Generasi Milenial atau GM, populer dengan sebutan GM atau Ji eM.'  Umumnya, di Indonesia, pada banyak kesempatan dan kalangan, penyebutan GM tertuju atau ditujukan kepada mereka yang kini remaja (katakanlah mulai usia 16/17/18 tahun atau di SMA/K) hingga yang masih kuliah atau pun baru satu dua tahun lulus dari Perguruan Tinggi.

Padahal, sebenarnya, tidak seperti itu. Jika mengikuti William Strauss dan Neil Howe, maka sejatinya GM adalah mereka yang kini rata-rata berusia 30an tapi di bawah umur 40 tahun; atau mereka yang lahir pada tahun 80an. Generasi Minelial Y, umumnya sudah (mulai) mapan, dan memiliki putera-puteri yang beranjak remaja serta menjadi Milenial Z.

Lalu, apa sebutan untuk mereka yang berusia 16/17/18 tahun atau di SMA/K hingga yang masih kuliah atau pun baru satu dua tahun lulus dari Perguruan Tinggi? Mereka lah yang disebut Generasi Generasi Milenial Z atau GM Z.

Jadinya, jika menyebut Generasi Milenial, maka tertuju pada Milenial Z; bahkan sering disamaratakan dari remaja usia SMP, SMA/K, hingga masih masih di Perguruan Tinggi atau kuliah. Mungkin hampir  satu per tiga sampai setengan penduduk Bumi, termasuk di Indonesia adalah mereka yang tergolong Milenial Z.  Mereka atau GM Z ini lah, yang kini menjadi perhatian dunia.

Perhatian terhadap Milenial Z, selanjutnya disebut GM tersebut karena umumnya, karena deras arus informasi serta mudah mengaksesnya, terutama melalui smart phone, maka mereka bisa 'dapat dan mengetahui' banyak hal tanpa filter; serta mengikuti apa-apa yang mereka 'tahu dan dapati' tersebut tanpa pertimbangan atau pun pendapat serta nasehat orang lain, terutama orang tua.

Dengan itu, GM 'terjerumus' ke dalam pola hidup dan kehidupan yang mengikuti trend global atau pun terjadi di mana-mana, berdasar karena melihat dan mengetahui (melalui smart phone, video, tv, dan lain-lain ) 'di sana (misalnya di Kota-kota Besar, Metropolitan, Luar Negeri, dan lain sebagainya) atau orang/teman lainya juga lakukan. Dan itu, mereka sebut sebagai gaya hidup dan kehidupan kekinian, bahkan modern; serta menolak bahwa yang mereka jalani, ikuti, nikmati, atau lakukan tersebut sebagai bentuk hedonism.

Pada konteks seperti itu, pada beberapa kasus, karena berbagai kemudahan serta pemanjaan (yang diberikan oleh orang tua dan keluarga), tak sedikit anak-anak muda GM yang mengalami disorientasi atau kehilangan orientasi hidup dan kehidupan.Termasuk di dalamnya, GM mengalami 'kehilangan' atau pun tidak memiliki 'visi' hidup dan kehidupan atau tanpa 'pandangan masa depan tentang hidup dan kehidupan sendiri, keluarga, apalagi untuk bangsa dan negara.

Perhatian terhadap GM tersebut, utamanya tentang perhatian serta ingatan mereka tentang para pahlawan (di Nusantara), juga ada pada salah satu radio swasta Nasional di Jakarta. Bersamaan dengan perayaan Hari Pahlawan, Radio El Shinta mengadakan diskusi Visi Generasi Kini, dengan teman 'Seberapa Greget Kuam Milenial dalam Memperingati Hari Pahlawan, bertempat pada salah satu tempat 'nongkrong' di Jakarta Selatan.

Diskusi yang dipandu oleh Bary (El Shinta) menampilkan sejumlah nara sumber, antara lain perwakilan dari Kemenpora dan Aktivis Milenial. Dalam pengamatan saya (secara langsung), diskusi yang menarik ini diikuti oleh sejumlah anak muda yang mayoritas dikategorikan sebagai Milenial Z; namun semuanya menyapa dan disapa sebagai Generasi Milenial.  

Ada beberapa catatan menarik (termasuk dari percakapan saya dengan dengan bebrapa peserta diskusi) yang muncul dari diskusi selama kurang lebih sejam tersebut; antara lain.

  • Tentang penyapaan dan kriteria generasi milenial, yang terjadi seperti uraian di atas. Bahkan, dari antar mereka sendiri, para GM tersebut, baru tahu tentang penyebutan generasi milenial
  • Umumnya gaya hidup dan kehidupan GM mengikuti trend yang sudah mengglobal, merata, terjadi di mana-mana; dan mereka terbiasa serta tidak canggung dengan hal-hal tersebut.
  • Umumnya, GM berpendapat bahwa pahlawan dan kepahlawan itu bukan lagi berhubungan dengan perang dan perjuangan masa lalu, namun muncul di/dari berbagai bidah hidup dan kehidupan
  • Umumnya GM menguasai fitur-fitur gagget yang dimiliki, mudah mengakses informasi, namun tidak menggunakannya secara maksimal dalam rangka menambah pengetahuan, misalnya untuk mengetahui sejarah bangsa termasuk apa dan siapa para pahlawan Nasional
  • Pelupaan tersebut (di atas), bukan karena mereka tidak mencintai pahlawan Nasional, namun telah terjadi pergesean nilai tentang makna serta peran pahlawan (seperti dalam catatan di atas). Pergeseran tersebut, bukan mulai sekarang, namun sejak lama. Sehingga, jika inging tahu tentangt pahlawan, mereka cukup menyentuh smart phone dan googling.
  • Pelupaan tersebut, juga berdampak pada nyaris tidak ada GM yang menjadikan sosok pahlawan bangsa sebagai 'role model' hidup dan kehidupannya. Mereka justru menjadikan para hero dan champion (misalnya dari LN atau pun tokoh abstrak di game) sebagai my hero atau gue bangets.
  • [Note untuk Penyelenggara. Keseluruhan acara, menarik, membangun persahabatan, dan inteaktir. Ini usulan. Untuk menjaring peserta, agaknya perlu mengundang dengan kriteria yang tepat. Karena, telah terjadi pergeseran kriteria dan penyapaan tentang 'Siapa Generasi Milenial.' Sebab, sudah terjadi 'pemisahan abstrak dan kongkrit pada GM yang lahir tahun 80an, 90an, dan 2000an. Oleh sebab itu, ke depan, penyelenggara lebih memilah peserta diskusi sehingga lebih tepat sasaran.]

##

Berdasarkan semuanya itu, Siapa tampil untuk menjadi Pahlawan pada pribadi dan ruang-ruang hati para Generasi Milenial? Pahlawan tersebut sekaligus menjadi role hidup dan kehidupannya. Sulit menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut; saya pun belum bisa menjawabnya. Karena GM biasanya memiliki ukuran dan kriteria yang unik dan tersendiri, serta tersimpan di/dalam hatinya.

Lompat ke sikon lainnya, menurut saya, sangat absurb jika para Capres/Cawapres menyatakan bahwa mereka (telah) berhasil merebut perhatian dan suara para pemilih dari kalangan Generasi Milenial.

Opa Jappy | Ketum Komunitas Indonesia Hari Ini - IHI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun