Jadi, miskin dan kemiskinan bukan untuk angka, jumlah, atau pun bahan studi, melainkan memperbaiki taraf hidup dan kehidupan manusia, serta menempatkan mereka sebagai saudara sebangsa yang perlu perhatian, agar setara dengan yang lainnya.
Sementara itu, saat ini kemiskinan seperti barang laris yang diperebutkan untuk dieksplore, untuk kepentingan politik. Masyarakat miskin selalu menjadi tumbal dalam meraih kekuasaan; yang selalu menjadi perdebatan untuk kepentingan kekuasaan; serta, masyarakat miskin menjadi bahan peliharaan para pengejar kekuasaan.
Maka solusi cerdas dan tuntas adalah jangan lagi menjadikan mereka sebagai tumbal dan tujuan dari para perebut kekuasan. Selanjutnya, perlu adanya keterbukaan dan transparansi pada pembuat kebijakan publik serta memahami aspirasi masyarakat miskin sehingga kebijakan yg muncul adalah kena-mengena dengan kebutuhan dan sikon orang miskin. Tanpa itu, maka upaya untuk mengatasi kemiskinan akan lambat dan tidak mencapai target keberhasilan.
Jadi ......?
Kembali ke awal, Miskin, Kemiskinan, Orang Miskin, Kelompok Masyarakat Pra-sejahtera, dan apa pun istilahnya, bukan untuk debat publik dan politik, diskusi, serangan dan keberhasilan politisi; bukan juga sebagai bahan thesis, disertasi, melainkan tindakan konkrit yang kena mengena dengan hidup dan kehidupan mereka.
Sekali lagi, kepada Pemerintah dan Oposisi, Jangan Politisasi Miskin dan Kemiskinan serta orang miskin untuk mencapai kuasa dan kekuasaan.
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H