"... seorang pria bersenjata berjenggot menghentikan bus sekolah, dan bertanya/mencari Malala Yousafzai, kemudian menembak ke arah kepala dan leher; juga melukai siswi-siswi yang lain. Malala yang terluka parah dilarikan ke RS terdekat, [sumber, bbc.uk/news]".
Malala Yusufzaia merupakan satu dari sekian ribu korban dari biadab dan kebiadaban Taliban; satu dari sekian ribu perempuan yang tertindas akibat ulah Taliban; satu dari sekian ribu anak-anak perempuan yang terampas hak-hak hidup dan kehidupan akibat ulah Taliban. Ia menjadi korban bersama teman-teman yang juga tertembak bersamanya; ia menjadi korban dari idiologi yang membatasi cita-cita dan harapan perempuan; korban dari bentuk-bentuk penindasan terhadap perempuan.Â
Aitazaz Hasan Bangash tewas di tempat; Si Remaja tak dikenal itu pun tewas karena ledakan bom yang ia bawa sendiri. Aitazaz Hasan Bangash tewas di depan gerbang sekolahnya, ketika dengan berani menghentikan seorang pembom bunuh diri yang mau mennghancurkan sekolah dan membunuh ribuan siswa di dalamnya.
Aitazaz Hasan Bangash  tewas, namun menyelamatkan nyawa para siswa yang sementara berkumpul di lapangan sekolah untuk apel pagi; ia menyelamatkan nyawa teman-temannya dari ancaman maut.
Tentang Daniel
Juga, pada pagi itu, Daniel Agung Putra Kusuma (remaja berusia 16 tahun, putera Budi Kusuma), yang biasa dipanggil Daniel, membantu dan ayah dan pamannya Agus Tri Subekti, bertugas sebagai Juru Parkir. Tiba-tiba ada mobil Avanza menerobos masuk halaman depan gereja, bukan untuk memarkir, tetapi melaju ke arah pintu masuk gedung Gereja yang sementara terbuka.
Naluri Daniel bekerja cepat, karena jika itu adalah mobil jemaat, maka sudah tahu bahwa harus parker di luar halaman gedung Gereja, sehingga ia menghadang Avanza tersebut. Hadangan tersebut menjadikan pengemudi Avanza berbelok ke arah pagar, dan blaaaar, bom pun meledak.