Daniel Agung pun gugur bersamaan dengan ledakan bom tersebut; sehari kemudian, (sisa tubuh) jenazah baru sempat diidentifikasi. Ia pergi tanpa kata dan pesan; ia pergi karena keberaniannya menghalangi Avanza yang di dalamnya ada bom dengan daya ledak tinggi.
Kepergian Daniel, membuat jemaat GPPS Jl Arjuna Surabaya berduka. Salah seorang jemaat menulis di akun FB bahwa Daniel adalah 'Our Little Hero.' Dengan kepolosannya, berusaha menghalangi Avanza yang merangsek masuk masuk kedalam gedung Gereja. Mengapa kami menganggap dia sebagai Little Hero? Walaupun ada satu hero lagi yaitu Satpam Gereja bernama Giri Catur yang ikut menghalangi mobil berisi bom, (saat ini Giri Catur masih dalam masa kritis, karena luka bakar yang cukup parah), karena jika Daniel tidak menghalangi mobil tersebut, maka bisa mendekat ke dalam gedung Gereja. Jika itu yang terjadi, maka bisa dibayangkan sejumlah besar korban akan berjatuhan.
Kepada Media, Budi pun bertutur, "Ya bagaimana Tuhan yang membalas saja, kami kan sistem menabur menuai, kalau dia naburnya baik ya jadi baik kalau naburnya jelek ya jadi jelek gitu aja, saya sudah mengikhlaskan memang jalan Tuhan begitu bagaimana?"Â
Walaupun Daniel telah pergi sebelum waktunya. Namun sebagai Orang Beriman, ada suatu keyakinan bahwa Daniel  telah mengakhiri pertandingan yang baik; ia telah mencapai garis akhir dan mereka telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagi Daniel mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadanya oleh Tuhan, Hakim yang adil.
##
Malala, Aitazaz, Daniel, adalah remaja pemberani; khususnya Aitazaz dan Daniel, ada dan berjuang pada saat yang pas dan tepat. Keduanya, Aitazaz, Daniel, harus menghadap Sang Ilahi sebelum waktunya. Kepergian mereka meninggalkan duka yang dalam; namun sekaligus catatan sejarah yang tak pernah hilang dari semua hati. Mereka boleh tiada, tapi ingatan terhadap mereka, terus menerus ada.Â
Mari, sejenak menundukan kepala, sambil mengucapkan nama Daniel Agung Putra Kusuma, martir yang 'menyelamatkan' orang lain.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini