Entah apa pertimbangan dari Pemda DKI Jakarta,22 Desember 2017, Pemda memutuskan penutupan sebagian Jalan Jatibaru, depan  Stasiun Tanah Abang; kendaraan pribadi dilarang melintasi jalan tersebut pukul 08.00-18.00. Selanjutnya, setelah jam 18.00, boleh melewati Jalan Jatibaru, termasuk kendaraan penduduk di sekitar wilayah tersebut.Â
[Note: Teman saya, yang rumah di sekitar Tanah Abang, dan biasa melintasi Jl Jatibaru, terpaksa, mengeluarkan mobilnya sebelum jam enam pagi, dan memarkir di parkiran kantor atau hotel di sekitarnnya; dan malamnya, setelah jam 18.00 baru membawa mobil ke rumah. Itu pun harus 'berjuang' dengan macet. Â
Dengan cara itu, jika mau menggunakan mobil harus berjalan ke tempat mobil di parkir. Dampaknya adalah, menambah biaya atau ongkos parkir.] Ini baru 'contoh kecil.'
Dari contoh kecil itu, jelas bahwa keputusan Pemda DKI Jakarta menutupi akses sebagian Jalan Jatibaru, agaknya, tak memperhitungkan kepentingan penduduk setempat atau sekitarnya, pengguna Kereta Api Jabodetabek, penumpang kendaraan umum dan kendaraan (pesanan) online.
Sikon tersebut, mungkin juga, menjadi salah satu daya tarik Litbang Kompas, sehingga melakukan survey. Pada minggu pertama Februari 2017, Litbang Kompas melakukan survey terhadap sejumlah responden tentang apa yang disebut Pemda DKI Jakarta sebagai 'Penataan Sekitar Tanah Abang.' Hasilnya menunjukkan bahwa keinginan Warga yang biasa menggunakan akses di sekitar Tanah Abang, sangat berbeda jauh dengan kebijakan dan Keputusan Pemda DKI Jakarta. Hal tersebut antara lain
Hal yang Paling Tepat Dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Penutupan Jalan Jatibaru
- Mengembalikan Jalan Sesuai Fungsi Semula     60.04 %
- Membuka Akses Jalan Lain                      22.04 %
- Membuka Kembali Akses Angkutan Umum      6.7 %
- Mengurangi Frekuensi Kendaraan Pribadi       1.9 %
- Lainnya                                          1.2 %
- Tidak Tahu/Tidak Jawab                         7.l4 %
Akses Kendaraan  Menuju Kawasan Tanah Abang Setelah Penutupan Jalan Baru
- Semakin Sulit      61.6 %
- Tidak Tahu         16.0 %
- Sama Saja           11.5 %
- Semakin Mudah     10.9 %
Itu, di atas, adalah hasil survey, bagaimana dengan fakta di lapangan atau hasil pengamatan langsung, setelah survey?
Agaknya tak jauh berbeda. Ini hasil pengamatan dan tanya jawab  dengan sejumlah penumpang dan sopir transportasi (pesan) online. Menurut mereka, justru, yang paling merasakan ketidaknyamanan setelah sekitaran Jl Jatibaru menjadi area dan arena PKL adalah para pengguna Commuter Line atau Kereta Api Jabodetabek yang langsung mau berganti moda transportasi dengan kendaraan umum atau pun transportasi (pesanan) online.Â
Mereka, termasuk saya siang tadi, terpaksa harus berulang kali menghubungi kendaraan pesanan online, untuk menjelaskan lokasi penjemputan. Padahal, sebelumnya, cukup melangkah ke Taman bawah Flyover atau area terbuka di Jalan Jatibaru, sudah bertemu kendaraan pesanan online. Sama halnya dengan ketika kembali ke Stasiun Tanah Abang, kendaraan pesanan online, lebih menyukai hindari macet dengan menurunkan penumpang 'jauh' dari pintu masuk stasiun KA Tanah Abang.