Srengseng Sawah, Jakarta Selatan---'Nyanyian merdu' yang menyakitkan dari Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, kembali terdengar; kali ini tak berhubungan dengan Partai Demokrat, melainkan tentang Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Â Nazaruddin meminta Komisi Pemberantasan Korupsi menindaklanjuti laporannya itu. Agaknya, Nazaruddin, pengusaha dan politisi muda, mulai menyadari bahwa, "Walau ia salah dan dipenjarakan, namun masih bisa berbuat demi keadilan dan pemberantasan Korupsi."
Menurut Nazaruddin, seperti yang dilaporkan oleh Kompas Com, "Saya akan segera menyerahkan berkas ke KPK tentang korupsi yang dilakukan Fahri Hamzah. Korupsi dilakukan Fahri saat masih menjabat sebagai wakil ketua Komisi III DPR. Bukti yang akan saya serahkan ini cukup untuk membuat Fahri jadi tersangka."
Reaksi KPK.
Suara Nazaruddin dari di LP atau Penjara ternyata terdengar hingga gedung KPK di Kuningan, Tentu saja, KPK akan menyambut baik info penting dari Nazaruddin. Menurut Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah, "Silakan disampaikan saja kepada KPK, karena prinsipnya kan setiap orang bisa melaporkan dan menyampaikan informasi kepada KPK jika ada bukti pendukung."
Reaksi Wargenet.
Setelah membaca pernyataan Nazaruddin di berbagai media, Nitizenatau warganet, yang selama ini sangat gerah dengan pernyataan-pernyataan Fahri Hamzah, langsung bereaksi. Umumnya, mereka, melalui akun Medsosnya, mendukung Nazaruddin; dalam artian Nazaruddin segera sampaikan ke KPK semua bukti korupsi yang yang dilakukan oleh Fahri Hamzah.
Tentu saja, harapan Warganet tersebut, bukan tanpa alasan. Mereka atau pun publik, yang selama ini melihat sepak terjang, sangat setuju jika Fahri Hamzah menjadi diperiksa KPK, bahkan menjadi pesakitan akibat korupsi.Â
Reaksi Fahri Hamzah.
Bagaimana reaksi Fahri Hamzah? Saya menilai, lepas dari ia sebagai narapidana korupsi, Nazaruddin itu seorang muda yang cerdas; dan dengan kecerdasan tersebut ia bisa mencapai kedudukan sebagai elite Partai Demokrat. Pada posisi itu, ia pun berhubungan dengan banyak politisi yang lebih senior dari dari dirinya, salah satunya adalah Fahri Hamzah. Jadi, wajar lah jika Nazaruddin bisa menyuarakan nyanyian merdu dan indah tentang Fahri Hamzah.
Fahri pun bereaksi terhadap suara Nazaruddin tersebut, menurutnya, "Nazaruddin jangan dijawab, tapi diserang saja, sebab dia bawa pesan orang lain. Kalau saya ada kasus, kenapa 2018? Saya akan bongkar terus persekongkolan mereka." Ini adalah gaya khas Fahri Hamzah, meluap-meluap dan menyerang.
Selanjutnya menurut Fahri Hamzah, "Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin bersekongkol dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kalimat yang paling banyak Nazar katakan, adalah 'kita serahkan kepada KPK' dan 'saya paling banyak bantu KPK selama ini;' nah, disitulah nampak bahwa persekongkolan Nazar dengan KPK sangat dalam. Dan, saya menyimpulkan bahwa persekongkolan Nazar dengan KPK ini telah menjadi problem keamanan nasional."
Agaknya, Fahri telah mengembangkan dan melebarkan 'kasus yang akan dilaporkan Nazaruddin ke KPK' menjadi persoalan politik serta keamanan nasional. Padahal, menurut saya, langkah Nazaruddin tersebut, jika benar-benar ada bukti-bukti korupsi Fahri Hamzah, maka Nazaruddinj sudah melakukan hal yang benar dan tepat. Ia berhak sampaikan ke KPK, dan Fahri Hamzah tak perlu reaksi berlebihan atau menyerang Nazaruddin; biarkan KPK melakukan penyeilidikan dan penyidikan, dan Fahri Hamzah berusaha membuktikan bahwa dirinya tak bersalah.
Nazaruddin Mau Menjadi Whistle Blower dan Justice Collaborator?
Whistle Bloweradalah pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya. Dan, justice collaborator adalah salah satu pelaku tindak pidana tertentu, mengakui yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut serta memberikan keterangan sebagai saksi di dalam proses peradilan. Tindak pidana tertentu tersebut adalah tindak pidana korupsi, terorisme, tindak pidana narkotika, tindak pidana pencucian uang, perdagangan orang, maupun tindak pidana lainnya yang bersifat terorganisir. Sehingga, tindak pidana tersebut telah menimbulkan masalah dan ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan masyarakat.
Agaknya, Nazaruddin melihat fakta dan belajar dari para terdakwa korupsi lainnya atau ;mereka yang di penjara sebagai agar orang lain bebas,' maka kini, ia melihat dirinya juga bisa sebagai Whistle Blower dan Justice Collaborator, atau bahkan 'bekerja sama' dengan KPK untuk menyeret para koruptor, yang masih bebas, ke dalam penjara.
Dengan demikian, saya, menolak pernyataan Fahri Hamzah bahwa, jika ada ada 'kerja sama' antara Nazaruddin dan KPK, maka itu adalah persengkokolan dan ancaman bagi keamanan nasional. Justru, para koruptor yang masih bebas itulah sebagai orang-orang yang mengancam Keamanan Nasional RI karena merusak hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Para koruptor tersebut, siapa pun dia, dengan cara apa pun, harus ditangkap dan dipenjarakan.
Opa Jappy
Artikel Terkait
Menanti Kejujuran Setya Novanto sebagai "Justice Collaborator"
Adanya Whistle Blower dan Justice Collaborator dalam perundang-undang dan proses dan tindakan hukum di Indonesia bertujuan  menumbuhkan partisipasi publik dalam mengungkap suatu tindak pidana tertentu. Mereka, sesuai Pasal 10 UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang menjadi WB dan JC (akan) mendapat atau memiliki perlindungan berbeda satu sama lain. WP tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang atau yang telah diberikan. Tapi, JC adalah saksi sekaligus tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah; namun, kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidananya.
Oleh Opa Jappy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H