Jogjakarta, Yogyakarta, Jogja, Yogya, apa pun sebutannya, pasti tertuju ke Kota di Jawa bagian Selatan. Kota yang disebut juga sebagai warisan Mataram Kuno, dan sekaligus memiliki 'warisan' Majapahit dan penerus Kesultanan Mataram. Namun, sejak kapan 'pusat kesultanan' tersebut disebut Yogyakarta? Hingga kini, belum ada kesamaan pendapat tentang asal usul kata Yogyakarta; tapi, ada beberapa pendapat antara lain,
Peter Carey, Yogyakarta dari kata 'Ayodhya' (Sansekerta), mengacu pada ibukota Rama dalam epos Ramayana. Peter Carey mengikuti History of Java (1872) karya Thomas Raffles, kota itu "diberi nama oleh pendirinya menurut nama Ayudhya, ibukota Rama yang terkenal."
Jacobus Noorduyn mengemukakan pendapat tentang asal-usul nama Yogyakarta yang diperkuat dengan bukti-bukti tertulis dari surat, jurnal, memoir, dan catatan-catatan yang dilakukan oleh Belanda. Dalam Babad Giyanti karya Yasadipura I, disebutkan nama 'Ayogya', 'Yugya', 'Ngajukjeku (Ngajukja iku)' menunjuk pada tempat atau lokasi di Mataram, terdapat pesanggrahan perburuan, pada tempat tersebut, kemudian, didirikan Kraton. Pada Babad Tanah Jawi versi macapat, juga disebutkan bahwa Paku Buwana II singgah di pesanggrahan Gerjitawati dan mengubah namanya menjadi Ayogya.
Prof. Dr. M.C Rickfles menyanggah Yogya berasal dari 'Ayodhya' ibukota dalam Ramayana. Menurutnya, sebelum kota Ngayogyakarta Hadiningrat diumumkan oleh HB I, sudah ada nama Garjitawati dan/atau Yogya atau Ayogya. "Garjita" (Sansekerta artinya "meraung, menyombongkan diri, angkuh, membual"); Â Jawa Kuna artinya "gembira, senang, puas;' Bahasa Jawa Baru artinya "sangat puas, gembira, merasakan emosi yang kuat".
Paksi Raras Alit berpendapat bahwa etimologi kata Yogya masih simpang siur dan tidak bisa dipastikan sejarahnya, setidaknya dalam bahasa Jawa baru dan bahasa Indonesia kata 'Yogya' sudah mendapatkan terjemahannya yaitu 'sesuai, layak, pantas, pas'. Berarti tidaklah berlebihan kalau sementara ini kita sepakat mengartikan Yogyakarta sebagai 'kota yang layak dan pas untuk dihuni'.
Nah ... itulah Jogja atau Yogya.Â
Lengkapnya klik Asal-usul Nama Yogyakarta
Kenangan sebagai Kota Pendidikan
Yogyakarta, kota yang tahun 70an hingga awal 80an, saya sudah akrab dengannya. Akrab karena pada masa itu, harus sering bolak-balik Semarang-Salatiga-Magelang-Yogya. Yogya menjadi kota "wajib datang," karena merupakan 'pusat mahasiswa' asal NTT (dan juga dari wilayah Indonesia Timur lainnya) di Jawa. Sebab, pada masa itu Alm. Prof. Dr. Ir. Johannes, menjadi kiblat ilmu serta orang tua kedua bagi para mahasiswa NTT di rantau.
Pada waktu itu, mahasiswa asal NTT menyebar di Universitas Gadjah Mada, IKIP Yogya (kini Universitas Negeri Yogyakarta), Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Unika Atmajaya, Asmi, UK Duta Wacana (sebelumnya bernama STT Duta Wacana), juga Undip dan IKIP Semarang, UKSW Salatiga, UKRIM (sebelumnya bernama STII). Boleh dikata, pada masa itu, Yogya sebagai kota 'aman damai nyaman' untuk belajar atau kuliah mengalahkan kota-kota lainnya di Negeri ini.
Masih teringat dalam ingatan; pada masa mahasiswa, tak pernah ada ribut dan ramai antar suku, agama, golongan, atau pun etnis. Hampir semuanya bagaikan saudara; menyatu diri dalam belajar walau beda kampus. Bahkan, masih segar dalam ingatan, anak rantau dengan aman berinteraksi dan berbaur dengan penduduk asli Jogya. Dan tak sedikit, yang selesai kuliah, sekaligus membawa ijazah dan isteri gadis Jogya pulang ke Kampung Halaman.