Mako Brimob, Depok - Jawa Barat--Jakarta, dan mugkin saja pada banyak tempat di Indonesia, sikonnya sama, Malam Jelang Natal ini, bagaikan siaga perang. Kapela, Gereja, Kathedral, Dom of Worship,mendapat pejagaan ketat. Bahkan, terlihat juga ada metal detector, mobil 'evakuasi bahan peledak,' dan satuan Brimob yang berjaga-jaga. Yah, itulah 'Natal Kita,' di Negeri Tercinta. Natal yang bebas ketakutan dan keraguan jika ada senjata  dan aparat di sekitar Area Ibadah Malam Natal dan Ibadah Natal.  Dan, jika tak ada senjata, maka keraguan dan ketakutan akan muncul di balik Kidung Pujian serta Doa-doa.
Malam, tadi dalam Misa Malam Nata, begitu ramai, syahdu, suka, Â dan juga larut dalam dalam doa serta permohona; diriku juga berbisik lirih kepada-Nya, sambil berkataÂ
Tuhan, Pembimbing, Junjungan dan Pendampingku,
Engkau telah akrab mendampingi aku dan bersama-Mu menempuh lebih banyak tahun-tahun daripada yang dapat kuhitung.Engkau tak pernah lalu dari sisiku.
Ketika aku terjatuh, Engkau mengangkat daku.Ketika dengan sembrono aku berjalan di tepi kehancuran,
Engkau hadir untuk menarik daku.Kendati ketika daku berteriak memprotes dan memberontak, hukuman-Mu terasa lembut dan kasih-Mu tinggal tetap.
Kini jam kehidupanku semakin larut; Ampunilah daku kalau aku menoleh ke belakang ya Tuhan yang pengasih,
terkecuali aku melakukannya untuk bermegah atas kehadiran dan pemeliharaan-Mu dalam menempuh tahun-tahun dalam hidupku.Ku tak berusaha menjadi lebih muda dalam usiaku, melainkan agar tetap muda dan selalu segar dalam Roh-Mu.
Hari-hari yang kulalui terasa cepat; sementara kuingin semuanya berjalan perlahan, sehingga kubisa menikmati hidup dan kehidupan lebih lama bersama orang-orang yang kukasihi serta kusayangi
Di hadapan-Mu ku bertelut dan sujud menyembah
Membawa sepotong doaAmin
Kemudia, kuberdiri dan bersalaman dengan banyak orang, dan melangkah keluar; tiba-tiba Pak Min, tukang parkir di halama gereja berseru pelan, "Agakya kita salah jika berkata Selamat Natal bagi yang merayakan." "Maksudmu apa Min," jawab saya. Â Pak Min melanjutkan, "Menurut saya, Nabi Isa itu datang untuk semua manusia, jadi semua orang yang tahu tentang Nabi Isa, patut mengucapkan Selamat Natal, walau ia tak merayakannya." Saya pun terdiam, karena mendapat padangan baru tentang 'Kedatangan Nabi Isa' dari Pak Min.Â
Kumenjauh dari Pak Min, dan berpikir lebih mendalam. Mungkin bagi dia, "Selamat Natal bagi yang merayakannya," telah menempatkan kita (yang (mengucapkan) dengan 'mereka' yang mejadi tujuan ucapan, sebagai 'Engkau dan Aku' itu beda serta berbeda jauh. Dan, karena perbedaan itu, maka kukatakan, 'Selamat Natal bagi yang Merayakannya.' Atau, bahkan hanya sekedar ungkapan sosial biasa, yang tanpa muatan religius apa-apa.  Padahal, kehadiran Yesus di Bumi untuk semua manusia, tak terbatas pada sekelompok  bangsa, suku, sub-suku, dan etnis tertentu.Â
Yah. CukuplahÂ
Di rumah, belajar dari kata-kata Pak Min, saya pun mengirim pesan (melalui WA) 'Selamat Natal' untuk semua teman, termasuk  mereka yang berbeda atau lintas iman. Ternyata, banyak teman yang membalas dengan antusias. Mereka juga menyatakan, 'Selamat Natal untuk Opa dan Keluarga,' tanpa embel-embel 'bagi yang merayakannya. Bahkan,sejumlah teman yang lama bekerja di Uni Emirat Arab memberi pesan WA bahwa, "Natal itu bukan hanya milik umat Kristen. Saya pun merayakan bersama teman. Natal itu, milik semua umat manusia." Ternyata betul, ada baiknya kita menyapa dan mengucapakan, "Selamat Natal untuk Semua,' dan bukan 'Selamat Natal bagi yang Merayakannya."
Opa Jappy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H