Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jenazah Para Pahlawan Ini Tak Bisa Masuk ke Tanah Air Mereka

10 November 2017   15:03 Diperbarui: 10 November 2017   16:28 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A.J.Litaay-Sjioen disaat 10 November 1945, jadi pemimpin laskar wanita, 3 srikandi. Adiknya mamie, tante Fietje Nolten-Sjioen meninggal di Utrecht sudah lama, dan Fransisca Fanggidaej terakhir di panggil pulang BAPA tadi pagi. Ayahnya Ir.Godlief Fanggidaej, bertugas di Jawa Timur sebagai insinyur. Mamie, ayahnya Pdt.I di NTT.

Mereka bertiga sama dengan pahlawan tanpa jasa, tapi nama-nama ada tertulis dalam buku arsip Kantor Arsip Surabaya, dan storinya di tulis oleh Brigjen Barlan dan bukunya ada di museum ABRI Jkt.

Mereka sudah tiada, harap akan muncul srikandi-srikandi gagah berani, jujur, wibawa, inner beauty nampak dan wibawa.

Dijaman ini karena Indonesia perlu srikandi-srikandi-srikandi masa kini yg siap bekerja tanpa pikir tujuan kaya, punya cita-cita MERDEKA SEUTUHNYA

Tanggal 10 Nopember, Fransica menerobos blokade Sekutu, dan berhasil sampai di markas pemuda perlawanan di Surabaya; teman-temannya yang lain tertahan di Madiun, dan bergabung dengan pergerakaan pemuda disana.

Sudah menanti teman-teman perempuan pejuang 1945; mereka menjadi bagian dari Rakyat Indonesia di Surabaya, yang bertempur melawan pasukan Sekutu.

Yah ... itulah sepenggal kisah tentang tiga Putri Timor yang berperang pada 10 Nopemer 1945 di Surabaya. Satu demi satu dari antara mereka telah tiada; dan terakhir adalah Fransisca, yang kembali ke hadapan-Nya pada 14 Nop 2013.

Saat itu, keluarga besar Tante atau Oma Fransisca berusaha agar jebazahnya di bawah ke Jakarta, namun tak mendapat izin dari Pemerintah.

Mungkin saja, pemerintah tak memberi izin karena,

"Pada tahun 1964, Presiden Soekarno memilih dan mengangkatnya sebagai salah satu penasehat presiden - staf inti kepresidenan, dan sering mengikuti perjalanan Presiden ke ke berbagai negara. Kedekatan dengan Presiden dan besar dari/di Pemuda Sosialis Indonesia (yang kemudian menjadi Pemuda Rakyat, organisasi pemuda di bawah PKI), menjadikan Fransisca sebagai orang yang tak disukai Orba"

Atau, mungkin karena ada alasan lain; saya tak dapat info tentang hal tersebut.

Semuanya itu, adalah suatu realitas di Negeri Tercinta. Realitas yang belum bisa meninggalkan warisan Orba yaitu Politik Kebencian dan Kebencian Politik terhadap 'mereka yang dituduh dan dituding PKI.'

Hari Ini, 10 Nopember 2017, kita, anda dan saya, merayakan Hari Pahlawan; hari yang selalu diingatkan sebagai saat-saat perjuangan mempertahankan Kemerdekaan RI.

Sayangnya, diakui atau tidak, ada sejumlah pejuang yang terpaksa tinggal di Luar Negeri hingga akhir hayatnya. Dan, parahnyanya lagi, jenazah mereka pun tidak bisa masuk di Negara yang Merdeka ini.

Opa Jappy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun