Lapo Lenteng Agung--Tadi, ketika makan siang, seorang rekan yang berprofesi sebagai Dokter Hewan mengajak makan siang. Kami berdua dari Universitas Indonesia, menuju arah Pasar Minggu, hingga Lenteng Agung, Sang Dokter Hewan membelokkan mobil ke salah satu Lapo dekat Stasiun Lenteng Agung.
Saya mendadak heran, sebab selama ini, kutahu, ia 'anti makanan di Lapo.' Agaknya Si Dokter Hewan tahu keheranan saya, ia pun berkata, "Jangan heran gitu bah! Ini bukan soal haram halal, tapi manfaat. Ada banyak manfaat pada daging babi." Kami pun makan dengan lahap karena sesuai selera.
Sambil makan, temanku itu memberi 'kuliah private' tentang aneka manfaat daging babi untuk (kesehatan) manusia.
Nah.
Ternyata, secara genetis, babi dan kera paling sesuai untuk direkayasa agar menghasilkan jaringan yang dikenali organ tubuh manusia. Hasil penelitian Christein Meindertsma dari Belanda menunjukkan bahwa ada 185 jenis produk medis dan kosmetik yang berbahan baku dari babi; dari tulang, rambut, kulit, daging, darah, organ tubuh dan lainnya. Selain itu organ babi adalah  pendonor xenotranplantasi terbaik untuk manusia.
Sayangnya, menurut teman saya, juga katanya, pernah dimuat di Kompas Com, dalam tubuh atau daging babi ada virus Porcine Endogenous Retrovirus atau PERV; virus tersebut bisa menginfeksi manusia, (namun PERV bisa 'hilang' dengan berbagai teknik dan pengolahan makanan).
Adanya virus Porcine Endogenous Retrovirus atau PERV pada organ babi hidup atau segar inilah yang menjadi kendala utama transplantasi atau pun xenotranplantasi, (Note: Sederhananya adalah memasang organ asing atau palsu atau hampir sama ke dalam tubuh manusia atau mengganti organ manusia yang rusak. Diharapkan, organ asing itu berfungsi sama dengan organ asli manusia).
Sudah puluhan tahun para peneliti dan kalangan medis berupaya aga bisa 'menghalau' Porcine Endogenous Retrovirus atau PERV dari dalam tubuh babi sehingga organ-organnya bisa diterima oleh manusia. Upaya tersebut juga dilakukan oleh Firma Biotek Medis, eGenesis, yang berbasis di Amerika Serikat.
Tahun 2015, eGenesis menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR-Cas9, berhasil menghapus 62 salinan genetik PERV dari sejumlah embrio babi yang dikloning. Walau belum sempurna, 15 ekor babi bertahan hidup dan hingga kini, belum menunjukkan tanda-tanda adanya PERV.
Hal tersebut, menjadikan eGenesis terus berupaya menghasilkan babi bebas PERV untuk menghasilkan xenotransplantasi yang aman dan efektif.
Agustus 2017, situs Kompas Com melaporkan bahwa, keberhasilan perusahaan eGenesis menciptakan babi bebas virus, membuat para peneliti China mempelajari cara mentransplantasikan organ babi ke manusia atau xenotransplantasi. Dan, kemungkinan mulai dilakukan sekitar dua tahun mendatang.