'Sang Aku' itu pun mendorong diri untuk 'tak mau kalah' dari Sang Lain yang lebih maju. Maka yang terjadi adalah, berupaya 'memotong' kelebihan, kemajuan, dan prestasi Sang Lain; tujuannya adalah ia menjadi tak ada serta tidak bermakna. Sehingga banyak orang lebih suka menyebar fitnah dan kebencian untuk menghancurkan yang lainnya. Bagi mereka, memotong lebih baik dari berprestasi. Tragis.
Padahal, yang seharusnya adalah 'membuat garis baru yang lebih panjang.' Dalam artian lakukanlah yang lebih baik, hebat, bagus, dari sebelumnya.
Bukankah berprestasi lebih baik daripada menghancurkan?
Cukup lah.
Opa Jappy
Penggagas dan Pendiri Gerakan Damai Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H