Sekitaran Rumah Lembang, Jakarta Pusat--Pernahkah dirimu (dan diri kita) dituding dan dituduh telah melakukan sesuatu (utamannya bersifat negatif dan merugikan orang atau kelompok lain), yang (sebenarnya) tak pernah (anda atau saya) dilakukan? Misalnya, ini cuma contoh; Â dirimu dituduh sebagai pembohong, egois, tidak punya perasaan, pengkhianat, pencuri, dituduh selingkuh, zalim, munafik, sesat, dan lain sebagainya. Tentu, sebagai 'wong waras,' pasti memunculkan geram, marah; sedikit saja yang bereaksi senyum gembira dan terbahak.
Tudingan dan tuduhan seperti itu lah yang disebut fitnah. Dari rumpun Aramic, fitnah (Yunani, "katalalew") bermakna semua kata atau perkataan negatif terhadap orang lain; misalnya menentang, mengumpat, menghina, dusta, Â sesuatu yang kurang ajar, memfitnah, menuduh. Banyak khan.
Fitnah juga bisa bermakna perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan tujuan menjelekkan orang atau pun kelompok, institusi, dan lain sebagainya; menodai nama baik;  merugikan kehormatan orang; serta perbuatan yang  tidak terpuji; memfitnah bermakna menjelekkan nama orang atau menodai nama baik, merugikan kehormatan, dan lain sebagainya. Bahkan, fitnah juga merupakan pembunuhan karakter.
Selain itu, fitnah juga sebagai upaya adu domba dan memutar balikkan fakta; yang bertujuan terjadi benci dan kebencian terhadap orang atau kelompok lain, dan berujung pada tindak kekerasan personal atau pun kerusuhan sosial.
Alat untuk Lakukan Fitnah
Karena aneka tujuan fitnah, maka sejak zaman purba, manusia sudah lakukannya. Pada masa lalu, media yang digunakan untuk fitnah, manusia, hewan, gambar, atau pun pesan-pesan di papirus atau pun perkamen. Jika manusia sebagai media fitnah, maka ia akan menyuarakannya ke mana-mana; jika fitnah menggunakan gambar, tulisan di papirus atau perkamen, maka disebar pada area publik agar mudah terbaca orang.
Pada masa kini, alat untuk lakukan fitnah, sangat banyak, beragam, mudah dipergunakan, dan bisa dilakukan oleh semua kalangan, strata serta manusia dari segenap latar belakang. Salah satu media yang paling efektif untuk lakukan fitnah adalah WhatsApp.
Contoh
- Foto; foto di atas merupakan foto Anies Baswedan dan Todora Radisic pada acara Kongres Diaspora Indonesia; saat itu hadir mantan Presiden AS Barack Obama
- Di salah satu Grup WA, Kopral menulis, "Yang berkacamata sebelah kiri Anies Baswedan adalah Opa Jeppy, padahal itu orang lain. Foto ini, pernah dipakai untuk mengfitnah Todora Radisic. Sekarang, digunakan untuk fitnah Opa Jappy
- Kopral menggunakan kata ANUS (Jawa, ASU artinya anjing; Indonesia, ANUS artinya L*** pantat) yang tertuju pada pasangan Gub dan Wagub Terpilih DKI Jakarta. Walau saya relawan dan pendukung Ahok-Djarot, penyebutan ini, sungguh sangat keterlaluan. Semoga dibaca oleh Tim Anies-Sandi
- Si Kopral juga menyatakan Opa penjilat, waduh. Jilat siapa ya?
- Si Kopral dengan indah dan mudahnya melakukan fitnah, menuding, menuduh, serta mencemarkan nama baik saya dan menista Gub/Wagub DKI terpilih Anies Sandi, bahkan menyebarkan ke berbagai Grup WA.
- So, enaknya, Si Kopral ini diapain? Lihat di bawah
Menyikapi Fitnah
Agaknya, kini, di Indonesia, fitnah sudah merupakan hal lumrah, selalu ada tiap saat; dan mungkin saja publik sudah terbiasa. Atau, karena fitnah telah jadi gaya hidup pada diri Sang Pembuat Fitnah.