Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Batik dan Mengenalnya Lebih Jauh

2 Oktober 2017   16:30 Diperbarui: 2 Oktober 2017   16:41 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Berbatik | Koleksi Pribadi

Kamar Sebelah, Srengseng Sawah Jaksel--Selamat Hari Batik. Kain warna warni yang  bercorak, di Indonesia dikenal sebagai atau disebut batik, sebetulnya memiliki proses panjang.

Lintasan Sejarah

Proses menera kain putih, dan juga tubuh, dengan berbagai gambar dan motif alam sudah ada di Afrika, khususnya Mesir Kuno, dan juga Sumeria, kira-kira tahun 1000 Sebelum Masehi. (Pemuncalannya belakangan dari 'kain tenun,' yang telah ada sejak 2500 SM di Sumeria). Hal tersebut meluas hingga Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia. Motif-motif yang dominan di Afrika seperti binatang buas, tribal, tumbuhan, terutama bunga. Bahkan, pakaian tradisional China, Korea dan Jepang yang aslinya dominal berwarna polos, juga mendapat pengaruh meneraan motif.

Masuknya kain bercorak warna warni ke Nusantara, khususnya Jawa, agaknya bisa terlacak di Candi Sojiwan, Klaten Jawa Tengah.

[Note: Hal ini penting, karena di Nusantara, hanya di Pulau Jawa nyaris tak ditemukan tradisi Tenun Ikat seperti di Timor, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan lain-lain].

Sumber: Liputan6 Com
Sumber: Liputan6 Com
Candi Sojiwan, dibangun oleh Raja Balitung di zaman Dinasti Mataram Kuno pada abad ke-8, sebagai simbol penghormatan raja kepada neneknya, yakni Nini Rakryan yang beragama Buddha. Pada salah satu relief, diyakini bahwa, adalah kain yang sudah diberi corak, sebagaimana dikenal sebagai batik. Selanjutnya, tak ada catatan tentang kain bercorak tersebut.

Belakangan pada era Majapahit, penggunaan kain atau pun sutera bercorak di kalangan bangsawan, mendapat pengaruh pakaian tradisional China atau pun sisa-sisa tentara Kublai Khan. Dan pakaian keluarga kerajaan, pejabat istana dan bangsawan.

Nantinya, setelah keruntuhan Majapahit, kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian, misalnya Mataram, mengembangkan pakaian dengan kain bercorak atau pun aneka motif. Karena  banyak dari pembesar tinggal di luar keraton, model berpakaian itu dibawa keluar dari keraton dan dihasilkan pula di tempatnya masing-masing.

Kosa Kata Batik

Di Indonesia, kosa kata Batik, dipakai untuk menyebut kain putih yang ditera corak (titik, gambar, tulisan, dan lain-lain) pada kain putih. Proses itu disebut matik (dari bahasa Jawa, 'tik' atau titik). Matik (kata kerja yang bermakna sementara membuat titik), kemudian berkembang menjadi 'mbatik;' dan hasil dari 'mbatik' tersebut "batik."

Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika membatik adalah pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, soda abu, garam dan tumbuhan pewarna lainna.

Sejak itulah, pasca Majapahit, matik, mbatik, kemudian batik, meluas di Indonesia, dan merata secara khusus di pulau Jawa hingga sekarang.

Pengakuan Unesco

Walau masuknya tradisi kain bercorak ke Indonesia, kemudian disebut 'batik,' melalui proses yang panjang dan ada unsur-unsur budaya lain didalamnya, Batik  Indonesia telah memiliki kekhusan tersendiri, unik, dan berkembang karena dikembankan oleh para local genius pada bidang batik di berbagai daerah. Mereka inilah yang menjadikan batik sebagai salah satu unsur budaya asli Indonesia.

Dengan pertimbangan itu pula UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non bendawi atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, sejak 2 Oktober2009.

Batik Saya dan Batik Presiden Jokowi

Foto di atas, bersama Presiden Jokowi, merupakan momen tak terduga. Saat itu, 26 Agustus, pas HUT saya; saya hadir, sesuai undangan HIPMI di salah satu hotel di Kuningan. Presiden Jokowi pun hadir; setelah memberikan pengarahan, ia pun bersalaman dengan para tamu yang hadir. Momen itulah yang diabadikan oleh seorang kameramen Istana.

Hari ini, di Hari Batik, tadi saya sempat bertanya pada teman yang ahli corak dan motif batik, tentang asal baju   batik yang dipakai Presiden Jokowi. Ternyata, jawaban teman saya tak salah, batik yang dikenakan Presiden dan saya berasal dari sumber yang sama. Cuma ada bedanya; yaitu Presiden beli sendiri, sedangkan batik saya adalah hadiah dari salah satu orang tua mantan murid di Lab School Jakarta.

Apa pun bedanya, kami sama-sama Cinta Pancasila, Sayang Indonesia, Suka Batik.

Pas Batiknya.

Selamat Hari Batik

Opa Jappy
WA +62818121642

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun