Saya melihat kebiadaban itu. Ada ibu-ibu yang sudah hamil tua ditembak hingga mati, lalu perutnya disayat dan bayinya dikeluarkan. Salah seorang paman saya menjadi korban. Tubuhnya sampai diiris-iris dengan menggunakan parang atau golok besar. Pembantaian terjadi setelah gerombolan membumihanguskan hampir semua rumah dan mulai mencari tempat persembunyian warga.Â
Malam itu sebagian besar warga bersembunyi dengan cara tiarap di bawah rimbunan tanaman padi di sawah. Sisanya, termasuk saya dan keluarga, lari menyelamatkan diri ke hutan. Yang lari dan bersembunyi di sawah itulah yang dibantai gerombolan. Mungkin karena ada jejak kaki sehingga tempat persembunyian itu diketahui mereka. Kami mengetahui banyak korban bergelimpangan di sawah setelah kembali ke kampung dan situasi mulai aman.
Sebenarnya, di Kampung Buligir saat itu ada sepasukan TNI. Tapi karena jumlahnya tidak seimbang, gerombolan masih bisa leluasa melakukan aksi pembunuhan massal itu. Akhirnya dengan susah payah TNI bisa menghalau gerombolan melalui pertempuran cukup sengit. Tiga tentara turut jadi korban.
Monggo, cari dan temukan di internet atau datanglah di berbagai daerah sarang DI/TII, maka (akan) menemukan tuturan dan air mata tentang kekejaman DI/TII. Mereka adalah saksi mata dari kekejaman DI/TII, yang penuh kebengisan dan biadab. So, kita, Anda dan saya, saat ini, jangan cuma 'menggoreng' isue PKI, dan lupa pada kekejaman pemberontakan lainnya, terutama yang dilakukan DI/TII.
Mari, kita buka semuanya, biar seimbang.
Dari berbagai sumber
Oleh Opa Jappy