Area Hutan Lindung UI, Depok--September bulan yang Kelabu; kelabu karena sering dihubungkan Gerakan 30 September [PKI], alergisitas ketakutan disebut PKI, dan semua hal yang 'berbau' komunis.
Alergisitas itulah yang menjadikan kemarin serta hari-hari sebelumnya, jika ada orasi, narasi, aksi yang berupaya 'menerangi kegelapan' sejarah 30 September [PKI], maka berujung pada pelarangan, pembatalan, pembubaran, serta cenderung rusuh massal.
Saya sengaja gunakan 'Gerakan 30 September [PKI],' tanda kurung; ini agar sedikit beda dengan Buku Teks Sejarah di SD hingga Sekolah Menengah. Puluhan tahun, Peserta Didik di Indonesia diajarkan bahwa PKI adalah dalang utama G 30 September 1965.
Belakangan, semakin ke sini, ada upaya untuk mengetahui bahwa lakon utama G 30 September 65 hanya PKI atau juga ada 'kekuatan lain;' atau 'kekuatan lain' itu menggunakan PKI; atau gabungan keduanya; atau PKI hanya kambing hitam. Sayangnya upaya itu, tak pernah berhasil, karena selalu dituduh dan dituding mau 'memunculkan kembali PKI.'
Ingat Kenangan Lama.
Jadi ingat, berdasar apa yang saya lihat, alami, baca, dan tuturan orang dewasa, sikon Pra G 30 S, memang bernuansa intrik, fitnah, hujatan. Sasaran utamanya adalah Presiden Soekarno dan TNI (waktu itu disebut ABRI).
Waktu itu, PKI sebagai kekuatan politik, berhasil menyusup ke pelbagai elemen bangsa; bahkan mampu membangun 'Laskar Rakyat' (dari unsur petani, perempuan, buruh, karyawan kantor, dab seterusnya) dalam rangka revolusi sipil atau pun pengambilan kekuasaan dari pemerintah yang sah.
Orang-orang yang ada di balik rencana 'revolusi sipil,' setiap saat melakukan serangan kebencian ke lawan politik mereka; dan itu dilakukan dengan banyak cara serta model.
Hasilnya, G 30 September gagal total; dan semua yang 'terlibat,' mengalami penghancuran karena dihancurkan.
Tanpa hujan, guruh, dan badai, beberapa bulan terakhir, ternyata, ada kelompok yang mau (dan menuntut) SI MPR 2017; tanggalnya 29 September. Lha, ko' dekat G 30 S PKI; ini sengaja atau nostalgia dan  romantisme?
Penggagas SI MPR 29 September adalah Musyawarah Rakyat Indonesia; kelompok yang digagas oleh pasangan suami-istri Yudi Syamhudi Suyuti - Nelly Juliana Rosa Ringo, dan kawan-kawan.
Menurut mereka SI MPR 29 September 2017 bertujuan
- Cabut Mandat Rezim Jokowi.
- Kembali Ke UUD 45 Asli.
- Perkuat Hak-Hak Rakyat Pribumi.
- Bentuk Pemerintah Transisi.
Selain itu, melalui Manifesto Massa Rakyat, Yudi Syamhudi Suyuti menyatakan bahwa
"Kita harus berprinsip Rezim Jokowi yang takut pada kita, Rakyat. Jangan dibalik Rakyat takut dengan Rezim Jokowi.
Masak sama Tukang Tipu takut. Itu salah. Justru mereka takut, karena kita berada pada Kebenaran.
Apa yang ditakuti dari Rezim Jokowi?
Aparat Keamanan? Aparat Keamanan itu seJenderal-Jenderalnya hanya Pion.
Mereka itu bergerak di order, sementara kita Rakyat bergerak dengan kesadaran, pemikiran dan prinsip.
Tapi kita tetap tidak boleh Sombong. Biasa-biasa saja.
Segera Sidang Istimewa 2017."
Dalam rangka menambah kekuatan revolusi, Suyuti meminta para pendukungnya membentuk Laskar Rakyat (lha, ko' sama lagi dengan tahun 64/65, ada pembentukan laskar oleh PKI) di berbagai daerah
Entah sengaja atau tidak, SI MPR 29 September yang digagas MRI, membuat orang ingat kembali pada peristiwa berdarah pada 30 September 1965.
Kedekatan tanggal itu, tanpa menuduh dan menuding, mudah-mudahan bukan sebagai 'update kegiatan' karena gagal pada 1965, maka 2017 harus berhasil.
Tapi, mungkin dihubungkan dengan
- 29 September 1955 : Pemilu Pertama, PKI memperoleh suara signifikan
- 29 September sebagai Perayaan dan Peringatan Kemenangan PKI dalam Pemilu Pertama Republik Indonesia 1955
- 29 September 2017 sebagai Kebangkitan PKI melalui tindakan makar
Timbul tanya, siapa pendana dan dalang sesungguhnya pada Gerakan 29 September 2017? Pertanyaan yang sama, siapa sesungguhnya yang ada di balik G30S [PKI]?
Opa Jappy
BACA
Suami Istri Penggagas Sidang Istimewa MPR 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI