Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mereka Membakar Rumah Kami

8 September 2017   15:35 Diperbarui: 8 September 2017   15:57 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di jalan desa, kami melihat peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, dan pakaian perempuan berserakan. Di tengah jalan rombongan wartawan menemukan jeriken bensin yang terserak.

Semua rumah di desa itu habis terbakar, yang terlihat hanya sisa-sisa puing berwarna hitam." Sumber: Kompas

----

Apa-apa yang dilihat rombongan wartawan tersebut, juga terpandang oleh orang Rohingya yang mengungsi dari Al Le Than Kyaw. Ketika wartawan mendekati mereka, salah seorang dari antara berkata lirih, penuh air mata ketakutan, "Mengapa mereka bakar rumah kami?"

Ya. Mengapa mereka membakar rumah warga yang mengungsi ke tempat aman? Dan, siapa mereka?

Bisa muncul 1001, bahkan jutaan pertanyaan di balik pembakaran rumah, ladang, atau pun harta milik orang-orang Rohingya. Juga ada jutaan jawaban untuk itu.

Pembakaran tersebut, bisa juga bertujuan, agar mereka yang melarikan diri, tak (akan) kembali. Atau, sebagai kampanye buruk bahwa aparat Myanmar sengaja lakukan hal tersebut. Juga, mungkin saja dilakukan oleh Ekstrimis Rohingya dalam rangka menarik perhatian Internasional. Mana yang pasti? Entahlah!

Saya masih yakin bahwa tak semua Warga Rohingya yang ikut 'berseteru' dengan warga asli Myanmar; namun mereka menjadi korban. Korban dari dua pihak, Ekstrimis Rohingya dan Asli Myanmar.  Oleh sebab itu, menurut Aung Suu Kyi, Negara berupaya melindungi semua pihak yang bertikai, tak hanya kelompok tertentu.

Kekerasan Sosial
Kekerasan merupakan tindakan seseorang (gerombolan, kelompok), dengan menggunakan berbagai alat bantu (misalnya senjata tajam dan api, bom bunuh diri, dan lain-lain), kepada orang lain dan masyarakat, yang berdampak kehancuran dan kerusakan harta benda serta penderitaan secara fisik, seksual, atau psikologis bahkan kematian. Sedangkan, kerusuhanmerupakan suatu sikon kacau-balau, rusuh dan kekacauan, yang dilakukan (oleh pergerakan dan tindakan) oleh seseorang maupu kelompok massa berupa pembakaran serta pengrusakkan sarana-sarana umum, sosial, ekonomi, milik pribadi, bahkan fasilitas keagamaan.

Dengan demikian, kekerasan dan kerusuhan sosial, adalah rangkaian tindakan seseorang (dan kelompok massa) berupa pengrusakan dan pembakaran sarana dan fasilitas umum, sosial, ekonomi, hiburan, agama-agama, dan lain-lain.

Kekerasan dan kerusuhan sosial dapat terjadi di wilayah desa maupun perkotaan.  Kekerasan dan kerusuhan sosial dapat dilakukan oleh  masyarakat berpendidikan maupun yang tak pernah mengecap pendidikan; mereka yang beragama maupun tanpa agama.

Kekerasasan sosial atau tindak kekerasan kepada seseorang serta masyarakat (tertentu), bisa dan biasanya dilakukan terencana (terang-terangan maupun diam-diam) oleh pemerintah, umat beragama, kelompok suku dan sub-suku, maupun pribadi. Hal itu dilakukan dengan cara-cara bringas, brutal, dan tanpa prikemanusaan dan melanggar HAM. Misalnya, melalui genocide atau pembersihan etnis; pembasmian suku dan sub-suku; perang antar suku; tawuran antar desa; termasuk di dalamnya membunuh bayi laki-laki atau perempuan yang baru lahir, karena dianggap tidak berguna; melantarkan anak-anak cacad fisik dan mental.

Pada umumnya korban kekerasan dan kerusuhan sosial menjadi trauma, telantar, tercabut secara sosial dan geografis, serta dipaksa dan terpaksa melarikan diri lingkungan hidup dan kehidupannya, lalu menjadi pengungsi ataupun mencari suaka di negara lain.

Bukalah Pintu Rumahmu untuk Rohingya
Menulusuri 'penyebab utama' Kasus Rohingya, masing-masing orang punya atau memiliki jawaban; entah jawaban itu benar atau tidak, sesuai data fakta atau pun hoaz. Masing-masing memiliki pembenaran dan ingin dibenarkan.

Oleh sebab itu, menurut saya, jika ingin membantu dan menolong Warga Rohingya, janganlah dengan orasi dan narasi, termasuk 'pergi berperang' di Myanmar.

Ada baiknya, para pembela Rohingya (dengan orasi, narasi, dan niat perang di Myanmar) membuka pintu rumah mereka untuk para pengungsi.

Para pengungsi sudah tak ada rumah; (untuk sementara) mereka tak bisa pulang. Sementara itu, para pembelanya memiliki rumah, jadi atas nama simpati, empati, kesetiakawanan sosial terhadap sesama manusia, maka bersedialah menampung Pengungsi.

Bukankah membantu dengan hal-hal yang nyata lebih bermartabat daripada orasi dan narasi?

Ok ....

Opa Jappy
Gerakan Damai Nusantara
Relawan Cinta Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun