Orang-orang tersebut, selalu mondar-mandir atau pun berkeliaran sekitar Medan Merdeka, Juanda, Senayan, sekan orang super sibuk serta tahu banyak hal. Padahal, mereka melakukan rekayasa, pembelokan, penambahan, pengurangan informasi dengan tujuan mengecoh publik.
Oleh sebab itu, jika ada info, meskipun dari internal istana tapi tidak mau disebutkan sebagai nara sumber, maka jangan dijadikan berita; termasuk sebar ke/melalui medsos. Selain itu, jika mendapat info, walau ditandai A 1, maka harus lakukan cros cek dengan pejabat yg berwenang, untuk mengetahui kebenaran dan kejelasannya.
Menciptakan Kesan JK sebagai Oposisi Publik
Beberapa hari terakhir, di berbagai grup media sosial, beredar potongan pidato JK, di bawah ini.
"Kita mempunyai pengalaman-pengalaman juga, tetapi alhamdulillah, semua kita dapat atasi dengan baik. Kita semua bersaudara untuk mengatasi hal tersebut. Memang kesenjangan di Indonesia, kita mempunyai kesenjangan yang cukup berbahaya dibanding dengan negara lain. Di Thailand juga mereka ada kesenjangan. Diukur daripada jumlah kesenjangan, dia nomor 6 di dunia menurut laporannyaa. Tapi di Thailand yang kaya memang juga orang Tionghoa tapi sama agamanya, yang miskin orang Budha. Di Filipina juga, yang kaya-miskin sama sukunya, sama agamanya.
Kalau kita agak berbeda, sebagian besar yang kaya itu keturunan dan tentu agamanya ada yang Konghucu, ada yang Budha, ada yang Kristen. Sebagian besar yang miskin itu Islam ada juga yang Kristen. Jadi terjadi perbedaan yang berbahaya. Karena itulah maka kita harus berfikir jernih untuk mengatasi semua ini. Karena itu marilah kita bersama-sama bekerja, untuk keadilan dan Indonesia yang berkemajuan."
Kutipan di atas, entah dari mana, merupakan pemutar balikkan dari isi pidato yang sebenarnya. Si Editor, lakukan penambahan kata dan kalimat, yang tak ada di pidato asli.
Pidato lengkapnya ada di http://jakartanews.co/pidato-lengkap-wapres-di-tanwir-muhammadiyah-ambon-26-februari-2017/
Plintiran pidato JK, menyebar bagaikan kapas tertiup angin, kesegala penjuru; sulit untuk diklarifikasi.
Karuan saja kutipan tersebut, membuat publik menilai bahwa JK bukan lagi "ada dipihak kami."
Parahnya, tak ada klarifilasi dari pihak Istana Wakil Presiden. Akibatnya, tudingan dan tuduhan bahwa ada Brutus di Istana, semakin menjadi-jadi.