Ada lagi, sesaat  sebelum pencoblosan, sejumlah preman melakukan ancaman dan intimidasi terhadap para pemilih. Bahkan, aparat penyelenggara "sengaja" tidak memberi atau mempersulit pemilih jelang dan pada hari pencoblolosan.
Faktor "Siapa pun Terpilih, Baik untuk Jakarta"
Salah satu hal yang paling menyedihkan saya dan menyumbangkan "kekalahan  Basuki Djarot," adalah "cueknya sebagian kelompok kelas menengah atas Etnis Tionghoa." Mereka berpedoman pada "Siapa pun terilih, baik untuk Jakarta; semua calon orang baik."
Hal seperti itu, pernah diungkapkan oleh Basuki Tj Purnama saat dinner bersama di Hotel Raffles Jakarta; saya ada di situ. Selain itu, di hadapan saya, saat lunch bersama sejumlah teman dari Etnis Tionghoa, ada yang dengan jujur menyatakan "tak ikut coblos, karena libur di Luar Kota atau pun Luar Negeri. Nah .....
Faktor "Ephoria Putaran I"
Agaknya ada di antara Tim Pemenangan dan Sejumlah Organ Relawan yang cukup puas dan PD dengan hasil perolehan suara Badja pada Putaran I. Akibatnya, mereka kurang "menjaga dan memilihara" suara pemilih. Sehingga hasilnya adalah pergeseran dan beralihnya suara dari Basuki Djarot.
Termasuk di dalamnya, ketidakmampuan Tim Pemenangan "memenangkan" suara pemilih Calon Kalah di Putaran I.
Faktor "Katakutan Terjadi Kerusuhan Sosial"
Kekerasan dan kerusuhan sosial, adalah rangkaian tindakan seseorang [dan kelompok massa] berupa pengrusakan dan pembakaran sarana dan fasilitas umum, sosial, ekonomi, hiburan, agama-agama, dan lain-lain. Kekerasan dan kerusuhan sosial dapat terjadi di wilayah desa maupun perkotaan.  Kekerasan dan kerusuhan sosial dapat dilakukan oleh  masyarakat berpendidikan maupun yang tak pernah mengecap pendidikan; mereka yang beragama maupun tanpa agama. Nah.
Cukup banyak warga DKI Jakarta takut pada kelompok yang memiliki ketidakmampuan menerima kekalahan pada pemilihan pimpinan daerah maupun politik. Sebab ada banyak kasus kerusuhan sosial yang terjadi di Indonesia akibat setelah pemilihan kepala desa, bupati, walikota, bahkan gubernur; calon atau kandidat yang kalah, secara langsung maupun tidak, menggerakkan massa pendukungnya agar melakukan protes dan demonstrasi, yang diakhiri dengan kekerasan serta kerusuhan, [Selengkapnya : http://m.kompasiana.com].
Faktor ketakutan ini terjadi karena karena adanya intimidasi yang spartan di berbagai area kosentrasi pemilih dan pendukung Basuki Djarot.